Jakarta(naikmotor) – Bagai sebuah virus, wabah Pokemon Go dengan cepat menyebar melintasi berbagai penjuru dunia. Keranjingan permainan tersebut membuat banyak orang tersita perhatiannya, terlalu asyik memburu para Pokemon.
Motoris pun ikutan ketagihan bermain game tersebut, bahkan mereka melakukan perburuan sambil berkendara karena menjadikan lingkungan sekitar pemain sebagai latar tempat permainan. Selain itu, game tersebut juga menuntut pemain untuk bergerak dinamis menelusuri segala tempat untuk mendapatkan karakter yang diinginkan.
Pokemon Go dapat dikatakan terobosan baru di ranah permainan virtual, sebab game berbasis Global Positioning System (GPS) dipadukan augmented reality dan menggunakan teknologi location based kini tengah melanda dunia termasuk Indonesia. Permainan yang memungkinkan orang bergerak dengan menggunakan smartphone sangat perlu diwaspadai termasuk oleh pengendara motor.
Wabah Pokemon Go yang mengombinasikan dunia virtual dan nyata telah menjadi buah bibir termasuk mendapat perhatian pemerintah. Pro-kontra Pokemon Go terus bergulir karena bisa membuat orang kecanduan lupa waktu memainkannya, namun ada pula yang berpendapat soal positif karena menuntut orang bergerak mengenal tempat dan sosialisasi.
Beberapa mall termasuk pebisnis di industri hiburan, angkutan hingga telekomunikasi ikut memanfaatkan euforia ini dengan menyisipkan permainan Pokemon Go dalam promosinya.
Salah satu pemain Pokemon Go, Budi Nugraha, mengungkapkan ketertarikannya pada permainan yang dikembangkan Niantic, startup binaan Google yang menjadi independen pada 2015 itu, timbul setelah melihat tren masyarakat dunia.
“Mulai main (Pokemon GO) beberapa minggu terakhir ini, melihat orang-orang memainkan gamenya dan akhirnya menjadi tren akhirnya saya coba. Saya juga suka sama tayangan kartun Pokemon. Tapi saya gak sampai addicted, cuma main di waktu luang,” ungkapnya saat berbincang dengan NaikMotor.com (21/7/2016).
Budi yang setiap hari mengendarai motor untuk beraktifitas mengaku beberapa kali menjadikan sepeda motor bebeknya sebagai alat berburu Pokemon, meski tahu hal tersebut berbahaya. “Pernah sih naik motor sambil main, tapi enggak sering. Bahaya memang, tapi tetap hati-hati bawa motornya,” ucapnya sambil terkekeh.
Sedikit berkilah, pria yang tinggal di daerah Ciledug, Tangerang Selatan itu menjelaskan, permainan Pokemon Go membatasi kecepatan bergerak bagi pemainnya. Karena itu, ia berkendara dalam kecepatan sangat rendah saat berburu. “Kecepatannya dibatasi, jadinya bawa motor juga pelan-pelan. Maksimal 20 km/jam, kalau lebih dari itu gerakannya enggak terbaca di permainan,” terang Budi.
Meski menuai kontroversi, sebagai pemain, mahasiswa Jurusan Sastra Inggis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menilai permainan Pokemon Go memiliki beberapa manfaat. “permainan ini punya efek positif, salah satunya membuat gamers yang tadinya hanya main di satu tempat, dan hanya diam saja, sekarang bisa berinteraksi langsung saat berburu Pokemon. Efek negatifnya bisa membuat orang menjadi kurang waspada, terutama saat di jalan raya,” bebernya.
Menurut Jusri Pulubuhu, Direktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) wabah Pokemon Go semacam ini memiliki kecanduan tingggi yang membuat orang terus penasaran.” Otak kita dirangsang untuk terus meningkatkan kemampuan memainkannya dengan tahapan level. Nah, hubungannya dengan keselamatan tentunya harus waspada, baik pengendara maupun pejalan kaki atau penyeberang jalanan yang kadang lupa risiko mengancamnya,” sebut Jusri.
Ditambahkan Jusri, menurut data riset NHTSA (badan keselamatan jalan raya) di Amerika, menerima panggilan telepon masuk saat berkendara tingkat risiko kecelakaannya mencapai 400%.
“Sekarang bisa dibayangkan, menerima panggilan telepon aja risikonya 400%, bagaimana kalau malah memainkan game sambil naik motor. Belum lagi kita yang bukan pengguna game tersebut harus hatihati, kadang orang sambil nyeberang saja masih bermain ponsel,” tukasnya.
Menurut Jusri, beberapa perusahaan asing sudah menerapkan denda hingga pemecatan bila diketahui karyawannya menerima telepon sambil berkendara. (yudistira/Arif/nm)