NaikMotor — Graham Jarvis, Juara Dunia Enduro asal yang didatangkan spesial oleh panitia MAT7 untuk memberikan coaching clinic kepada peserta selama 2 hari di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, melihat kroser Indonesia punya potensi yang mumpuni untuk berkancah di kejuaraan International.
Kepada naikmotor.com, Jarvis, menyebutkan, Indonesia sangat unit karena satu-satunya negara yang penduduknya memiliki budaya naik motor. Hampir di tiap pelosok ada banyak orang yang mengendarai motor di sini dan harusnya Indonesia harus lebih baik lagi dengan sepeda motor.
Ia juga mengaku sangat senang bisa memberikan ilmu dan pengalamannya kepada kroser-kroser Indonesia. Secara greografis Kalimantan Selatan memiliki medan yang menantang, dari medan yang ringan hingga berat. Keunggulan inilah yang bisa menjadikan kroser Indonesia khususnya Banjarmasin bisa berkancah di event enduro Eropa. Setelah 2 hari memberikan Coaching Clinic kemarin, Jarvis melihat potensi tersebut.
“Ada 2 rider umur 16-17 tahun yang saya lihat punya potensi, tapi saya lupa namanya. Ini harus disupport Ikatan Motor Indonesia (IMI) dan Bapak Gubernur, karena saya pingin lihat rider Indonesia bisa berkompetisi dan berkancah di kejuaraan International,” ungkap Jarvis, yang mengaku sudah 2 kali datang ke Banjarmasin.
Selama 2 hari Jarvis memberikan coaching clinic yang terbagi dalam 2 kelas dan masing-masing kelas hanya diikuti oleh 30 riders. Prinsip keseimbangan, tehnik willie dan cara melewati rintangan yang selalu dihadapi para kroser saat adventure trail. Yang menarik teori-teori yang diberikan langsung dipraktekan. Jadi para peserta langsung mencobanya dilokasi dengan tunggangannya masing-masing.
Ramli Kurniawan salah satu peserta dari Klub Gatrek Medan, mengatakan, belum pernah ikut coaching klinik untuk motorcross tapi kalau motor besar sudah beberapa kali. Dan ini merupakan kesempatan yang telah lama ditunggunya bisa langsung diajarkan oleh ahlinya. Meski belum berani saat mempraktekan apa yang diajarkan oleh Jarvis, sebagai pemula setidaknya ia sudah tau teorinya.
“Yang menarik rintangan, depan ngangkat ke batu willi ban belakang diatur mau ke posisi kemana itu yang menarik dari Jarvis. Ada beberapa teman-teman yang sudah ada skillnya, ada yang berhasil dan tidak. Kalau seperti saya sebagai pemula belum berani,” ucap Pria yang menunggangi KTM 2018 250cc.
Sementara itu DR Yasrul Yahya SpB, peserta dari Riau yang juga ikut dalam kelas Coaching Clinic bersama Graham Jarvis, pelatihan yang dia dapatkan ini sangat bagus untuk pengalaman dan tambah belajar tehnik menggunakan motorcross.
“sebetulnya di youtube sudah ada cara-cara yang diajarkan oleh Jarvis, cuma kita yang langsung mempraktekan itu yang berharga. dibandingkan dengan yang di thailand dan di Jakarta, yang di sini lebih banyak yang diajarkan dan jam belajarnya lebih lama.” ungkap Pria yang berprofesi sebagai Dokter bedah di Rumah Sakit Tembilahan, Pekanbaru. (YA/ NM)