NaikMotor – Tiap segmen punya ceritanya sendiri, termasuk persaingan antara Yamaha NMax dan Honda PCX. Di Indonesia pelopor skutik bongsor adalah PCX, tapi harga tidak bohong, popularitasnya langsung tergusur NMax yang lebih terjangkau.
Kini setelah tiga tahun membiarkan NMax meneguk manis madu sejak 2015, Honda mulai memukul balik dengan PCX generasi ketiga produksi pabrik Sunter, Jakarta Utara. Menu yang disodorkan ialah bodi lebih segar, mesin baru dan harga masuk akal.
Mengulas penampilan itu masalah selera. Tapi pulasan PCX jelas beda dengan NMax. Skutik Honda arahnya lebih unisex. Lihat saja lampu LED di atas headlamp yang tinggi seperti alis perempuan. Jauh beda dengan NMax yang lebih cowok.
Rupa PCX lokal ini adopsi dari generasi baru PCX yang diperkenalkan di Tokyo Motor Show (TMS) 2017 silam. Bedanya di Jepang All New PCX hadir dalam dua versi yakni listrik dan hibrid, tapi di Indonesia diubah dan mengusung mesin bensin 150cc.
Duduk di atas PCX bisa dibilang sempurna buat bodi besarnya. Tinggi jok 764 mm terasa nyaman bahkan buat yang punya tinggi badan di bawah 170 cm. Kedua kaki masih bisa menapak sempurna karena bagian depan jok memiliki sudut menyempit.
Tinggi jok punya peran penting buat skutik bongsor atau kalau di Yamaha disebut Maxi Scooter. Bodi besar artinya bobot berat. Sulit kalau harus sering jinjit, kaki cepat pegal. Apalagi jika tinggal di kota besar yang macet dan sering turun kaki.
Kini saatnya kenop diputar karena PCX sudah keyless. Bentuknya kenopnya serupa dengan Honda SH150i yang mirip seperti knop mesin cuci. Saat diputar maka lampu iluminasi biru akan menyala. Kenop ini juga berfungsi untuk membuka jok dan mengunci stang.
Mesin hidup dan suaranya halus, tarikan awal enak, layaknya Vario 150 eSp. Sayang lintasan lurus yang tidak seberapa itu cuma bisa mengakomodir kecepatan hingga 50 km/jam. Setelah itu harus mengerem karena masuk belokan.
Meski cuma 50 km/jam terasa tarikan awal PCX yang smooth. Distribusi tenaga dan torsi halus dan kami anggap linear. Karakter yang cenderung halus ini bakal berasa saat jalan jauh kecepatan konstan, motor lebih nyaman tidak liar dan anteng.
Lintasan lurus itu juga jadi alat uji kemampuan ABS di PCX lokal. Saat tuas rem ditekan keras tidak ada gejala stang membuang. Motor nyaris berhenti dalam keadaan santai dengan posisi lurus, dengan kata lain ABS satu channel di rem depan itu berkerja baik.
Usai jalan lurus, trek dadakan bikinan tim Astra Honda Motor (AHM) tersebut langsung menguji motor lewat tikungan lebar dan panjang. Disini terasa Honda PCX antep dan ringan meski dimensinya terbilang besar dan memiliki berat kosong 132 kg.
Belokan panjang parabolik disusul belokan sedikit patah dengan jalur sempit. Trek selanjutnya diisi rintangan slalom dengan radius makin kecil yang sekali lagi menguji kelincahan handling. Suspensi belakang PCX kami bilang lebih empuk dibanding kompetitor.
Soal suspensi belakang memang krusial di skutik gambot. Honda tahu permasalahan di sok belakang NMax yang dianggap kelewat rigid. Pamungkasnya Yamaha membekali suspensi tabung di NMax 2018. Selain tambah ganteng sekaligus meredam suara-suara nyinyir.
Kesimpulan
All New Honda PCX produksi lokal merupakan langkah terbaik Honda saat ini. Dengan banderol Rp 27,7 juta buat tipe CBS dan Rp 30,7 juta versi ABS, artinya versi standar PCX lebih mahal Rp 1,4 juta dan versi ABS lebih mahal Rp 500 ribu dari NMax.
Memang masih lebih mahal dari NMax. Tapi jika dibandingkan dengan model sebelumnya yang masih CBU harganya turun sampai Rp 10 jutaan. Lagipula jarang sejarahnya motor Honda lebih murah dari kompetitor. Baru CRF150L yang lebih murah dari KLX BF150.
Soal handling patut dicatat walaupun berbodi besar PCX luwes dikendarai bahkan untuk trek dadakan yang dibuat dengan kriteria slalom. Catatan kecilnya, trek itu memang dirancang sedemikian rupa supaya menunjukkan segala kelebihan PCX.(Agl/nm)