NaikMotor – Perjalanan Elevation Challenge Khardung La oleh rider Indonesia Rider Expedition dalam Menembus Batas Himalaya, ekspedisi yang menemukan arti kehidupan sesungguhnya. Persahabatan, kerjasama dan jiwa sosial mengemuka dalam perjalanan menjelang bulan penutupan menjelang musim dingin.
Petualangan bermotor yang menggunakan motor Royal Enfield Bulet 500 ini menghabiskan waktu lima hari menuju Khardung La, jalanan tertinggi di dunia. Uji fisik dan mental menjadi pengalaman berharga bagi selutuh peserta. Berikut tulisan akhir dari perjalanan Menembus Batas Himalaya, ekspedisi yang menemukan arti kehidupan seperti dituliskan Wijaya Kusuma dari Inabiketour, penyelenggara acara ini.
Kali ini kami akan melintas jalan kedua tertinggi di dunia dengan ketinggian 5,328 meter atau 17,480 feet. Jam 08.00 kami bergerak meninggalkan Tsokar dan jalanan kali ini sangat mulus membuat kami bisa mengembangkan kecepatan sampai 100 km/jamlebih. Kira- kira 1 jam bergerak, kami melihat motor RE di kiri jalan ternyata Hari Cahyono berada disana. Setelah bercerita, diketahui ia mencoba riding sendirian di kegelapan dan di kedinginan -4 derajat C membuatnya kehilangan orientasi dan ditolong penduduk lokal. Ia sudah sempat tidak sadarkan diri dan terjatuh dari motornya karena sudah tidak kuat. Beruntung Heri Cahyono bisa recovery esoknya dan bisa bergabung lagi dengan kami.
Siang hari kami sudah tiba di Leh, ini berkat jalanan yang mulus. Kami akhirnya menemukan kehdupan setelah 3 hari kami tidak mendapatkan signal dan tidak ada wifi. Kami mengumpulkan tenaga untuk perjalalanan kami hari terakhir riding. Kami menanyakan kepada peserta siapa saja yang akan ikut ke Khardung La ? Ternyata semua 18 orang menyatakan ikut serta namun 7 orang yang sudah tidak sanggup naik motor menyewa kendaraan mobil sedangkan 11 orang tetap mengendarai motor.
Operator lokal meminta kami menandatangani pernyataan tidak menuntut bila terjadi apa apa dengan peserta yang ke Khardung La karena khawatir dengan kondisi badan. Khardung La hanya 40 Km namun perjalanan ekstreme dari ketinggian 4.000 langsung ke 5.600 meter dalam waktu hanya 1 jam. Akhirnya kita persiapan oksigen sebanyak- banyak nya dan obat -obatan untuk menangani ketinggian. Esok harinya, Kamis 24 September 2017 kami start jam 08.00 pagi setelah sarapan dan isi bensin langsung menuju ke Khardung La.
Melewati pos penjagaan di ketinggian 4.000 meter kami langsung menanjak ke atas. Ternyata jalan ke Khardung La sangat mudah dan tidak ada tantangannya sama sekali, bahkan jalanan mulus ke Khardung La dimanfaatkan teman-teman untuk menjajal kemampuan RE. Saat nanjak maksimum speed 60 km/jam tapi pada saat turun kecepatan RE mencapai 140 Km/jam. Kesempatan ini dimanfaatkan anggota seperti Andrea Guiseppe, Edi Sudarmadi dan Kurnia Lesandi Adnan untuk saling menyalip mengembangkan kecepatan, mereka seperti menemukan mainannya. Bahkan di tikungan saya mendengarkan decitan ban yang terparut dan aspal jalan raya.
Andrea memainkan gigi tinggi ke rendah di kecepatan tinggi decitan ban terdengar, Wah saya hanya bisa mengamati dari jauh saja sambil mengikuti mereka. Kami hanya berfoto selama 30 menit di Khardung La karena tipisnya udara. Tidak seperti di Tso Kar, disini tidak ada satupun yang merasa mengalami sakit dan tidak ada satupun yang merasa kesulitaan pernapasan, bahkan Mas Bambang Sukarsono yang berumur 69 tahun saja terasa sehat. Luar biasa.
Jam 15.00 kami sudah sampai di Hotel Asia dimana kami menginap, sore itu acara bebas dan malam hari kami mengadakan acara penyerahan penghargaan kepada seluruh peserta, di samping itu kami mendengarkan kesan dan pesan dari seluruh peserta. Ya secara keseluruhan mereka senang dengan tantangan yang disuguhkan dan hal itu menjadi pengalaman berharga bagi perjalanan hidup mereka.
Adventure not about destination but its about journey. Kerjasama, bahu membahu saling memberikan spirit membuat kami seperti saudara baru. Hal ini sangat berkesan sekali bagi mereka. Acara ditutup dengan merayakan hari ulang tahun M Arif Suryono (Jirip) dan Ronny SS. Esoknya kami kembali ke New Delhi dan menghabiskan waktu ke Taj Mahal yang memerlukan waktu tempuh 10 jam PP.
Perjalanan ini memberikan pelajaran banyak tentang kehidupan, arti persahabatan dan kerja keras. Walau dengan tantangan yang luar biasa tetapi teman- teman tidak merasakan kapok dengan acara yang dibuat. Semua sepakat, perjalanan Menembus Batas Himalaya, ekspedisi yang menemukan arti kehidupan sesungguhnya.
Perjalanan IRE kali ini banyak kekurangannya karena operator lokal yang selalu lambat dan apa yang ditawarkan tidak sesuai dengan harapan. Namun kesan akan perjalanan, tentang perjuangan hidup selalu akan terkenang selamanya. Selamat tinggal Himalaya, sampai ketemu rekan rekan IRE sampai ketemu pada perjalanan berikutnya ke Eropa Timur. (Habis)