Sentul (naikmotor) – Indonesia Trackday Series kembali hadir dengan membawa semangat kompetisi namun dengan tetap meletakan azas silaturahmi sebagai pondasi.IRS tak pasti, ITS makin diminati.
Tidak bisa dipungkiri, balapan semisal Indospeed Race Series di Sentul yang kini tengah dilanda prahara, ikut dibesarkan gairahnya oleh kehadiran klub atau komunitas. Para peminat kecepatan dan adrenalin tinggi dari anggota klub turut terlampiaskan di event ini.
Namun, seiring dengan regulasi dan meningkatnya level kompetisi dan intrik politik, IRS pun sepi dari kehadiran komunitas dan hanya menjadi konsumsi yang memiliki biaya tinggi.
Nah, Indonesia Trackday Series kini menjadi bidikan baru karena ikut mengakomodasi atmosfer mereka sebagai sarana latihan serta tentunya merasakan berkompetisi sehat di sirkuit resmi. Peminatnya tidak sekadar dari Jakarta, namun hingga Bandung dan Yogyakarta.
Kemarin, ITS 2015 seri 2 mampu menarik perhatian dengan menyedot 320 starter. Peminatnya tentu saja dari berbagai kalangan, mulai pembalap profesional hingga penghobi dari komunitas. Bagi kalangan profesional, ITS dimanfaatkan menjadi sarana riset dan ujicoba seiring tak pastinya gelaran IRS. Penggunaan transponder tentu menjadi salah satu alasan dalam mengukur ketajaman perolehan waktunya.
“ Kita lagi meriset part baru sejauhmana hasilnya setelah kemarin turun di Yamaha Sunday Race R Cup Series, jadi ini sekadar ujicoba tim kami,” ujar Danny Champez dari R9 Factory Racing Team yang menerjunkan Yamaha R15 dengan ban balap lokal Corsa R46. Melalui pembalapnya, Febrianus Balank, mereka meraih podium utama di kelas 150cc 4T A.
Sementara dari kalangan komunitas, Asosiasi Honda CBR yang mengambil slot OMR menerjunkan 37 pembalapnya kemudian Yamaha R25 Owner Indonesia juga turut membuka kelas khusus dengan diikuti 30 starter. Ini menunjukan antusias mereka terhadap dunia balap memang tinggi.
“ Salah satu alasan kami mendukung ITS 2015 adalah kehadiran komunitas yang ingin menyalurkan bakatnya di sirkuit sekaligus mereka bisa bersilaturahmi dengan klub-klub lainnya. Ini menjadi daya tariknya dan jangan sampai diintervensi oleh kepentingan atau regulasi yang memberatkan buat mereka,” sebut Rindra Scorino dari Top 1 sebagai salah satu sponsor event selain ban Pirelli.
Pihak panitia pun merespons antusias tersebut dengan mengatakan bahwa ini memang sarana latihan bukan menjadi rivalitas antarbengkel atau kelompok.”Meskipun sifatnya latihan tapi kami akomodasi dengan aturan mengenai safety baik keselamatan pembalapnya termasuk bagaimana regulasi saat membalap di sirkuit. Kami membuka diri dengan keinginan dari klub seperti yang sudah diperlihatkan teman-teman dari AHC dan YROI yang ingin membuka kelas sendiri,” sebut Yaya NS.(Arif/nm) Foto: Arif