Realitas Pemudik Naik Motor Bawa Anak Sangat Memprihatinkan

0
Realitas Pemudik Naik Motor Bawa Anak Sangat Memprihatinkan
Euporia mudik telah menghipnotis kesadaran para pengendara sepeda motor akan pentingnya keselamatan berkendara di jalan yang melibatkan anak-anak. Foto: Yusuf Arief

NaikMotor — Miris sekali melihat anak-anak yang notabene adalah generasi penerus Bangsa dilibatkan oleh orangtuanya dalam perjalanan mudik dengan mengendarai sepeda motor. Padahal para orangtua tersebut telah menyadari akan bahaya yang bisa saja terjadi saat mudik dengan naik motor.

Dari pantuan naikmotor.com pada H-2 arus mudik, Jumat (23/6/2017) di jalur Pantura, masih banyak pemudik yang menyertakan anaknya dalam perjalanan menuju kampung halaman. Bahkan ada pemudik yang membawa 2 anak dan istri ditambah barang bawaan di sepeda motor yang ditungganginya.

Tidak itu saja, kelengkapan safety yang seharusnya dikenakan anak juga tidak diperhatikan para orangtua. Helm yang seharusnya melindungi kepala anak justru diabaikan, sementara orangtuanya memakai helm. Sungguh egois orangtua seperti ini yang hanya mementingkan keselamatan dirinya. Namun apa daya, itulah realitas perilaku pengendara sepeda motor yang tenggelam dalam euporia mudik.

Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut. Alasan ekonomi selalu menjadi momok para pemudik tiap tahunnya. Padahal mudik  telah menjadi tradisi dan agenda tiap tahunnya. Artinya mudik bukan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara mendadak tapi direncanakan, terutama biaya yang bisa dipersiapkan jauh-jauh hari dengan menabung.

“Duitnya belum cukup, kalau naik bis atau kereta mahal ongkosnya,” ucap Anton, pemudik asal Kalideres, Jakarta Barat, saat ditemui di Posko Mudik Federal Oil di Pamanukan, Subang, Jawa Barat.

Pria berusia 29 tahun ini akan melakukan perjalanan mudik ke kampung halamannya di Cirebon. Ia mengajak serta istri dan putrinya yang berusia 2 tahun 5 bulan dengan menunggangi Honda Vario lansiran 2015. “Yang penting safety dan jalan santai aja. Kalau lelah atau anak minta berhenti, langsung istirahat,” tambahnya.

Lain halnya dengan Arifin, pemudik asal Cakung, Jakarta Timur, yang mengatakan, faktor ekonomi bukan masalah besar dalam perjalanan mudik yang dilakukan. Tanpa ragu, Arifin  juga yakin dengan keselamatan anaknya yang ikut serta dalam mudik tahun ini.

Ia sengaja mudik bersama istri dan anak yang berusia 3 tahun dengan sepeda motor karena sang istri tidak nyaman jika naik mobil. Pengalaman mudik tahun lalu dengan mobil jadi alasan keluarga dengan tujuan Brebes, Jawa Tengah.

“Kapok naik mobil karena macet dan istri sering muntah kalau naik mobil.” papar Arifin yang mengaku mendapat tiket kereta api gratis dari Pelindo, justru diberikan ke teman kerjanya.

Naik motor saat mudik juga dapat memberikan rasa bangga bagi sebagian pemudik ketika tiba di kampung halaman. Pasalnya masih banyak anggapan dengan membawa motor ke kampung halaman, orang tersebut telah sukses hidup di Jakarta. Apalagi motor tersebut dikendarai sendiri, bukan dikirim melalui ekspedisi.

“Bangga dong mas, bisa bawa anak dan istri ke kampung dengan naik motor. Apalagi kalau sepeda motornya masih baru,” Kata Dadang, yang menggunakan Yamaha N-Max dari Lebak Buluk, Jakarta Selatan dengan tujuan Kuningan, Jawa Barat.

Bagi pria yang bekerja sebagai mekanik sepeda motor, mengajak putranya yang masih berusia 5 tahun dalam perjalananan mudik ini menjadi suatu pembelajaran dalam menjalani kehidupan. Ia berharap kelak anaknya tidak manja. Mengenai safety baginya adalah hal yang penting dalam berkendara.

Pada kenyataan tradisi mudik telah merubah perilaku berkendara pemudik yang mengendarai sepeda motor. Bahkan euporia mudik telah menghipnotis kesadaran para pengendara sepeda motor akan pentingnya keselamatan berkendara di jalan yang melibatkan anak-anak. (YA/ NM)

LEAVE A REPLY

*