NaikMotor – Custom Culture menjadi tren sekaligus industri yang terus berkembang di Indonesia, termasuk dalam ranah sepeda motor. Buider lokal terus menunjukan perkembangan, hingga mampu memercikkan gaya yang identik pada karyanya.
Penyerapan unsur budaya Nusantara menjadi keunggulan builder Tanah Air. Jika unsur-unsur budaya mampu diinterpretasikan pada karyanya, mereka bisa menghasilkan sesuatu yang berbeda.
Custom Culture diibaratkan sebagai sebuah lingkaran yang terus berputar, di mana setiap builder bisa mengambill referensi dari mana saja dan mengembangkannya menjadi ide yang segar.
Relasi dengan builder mancangera juga menjadi salah satu jalan yang bisa menambah kekayaan wawasan. Media sosial bisa menjadi sarana untuk bertemu dan menjalin relasi dengan builder dari seluruh dunia, sekaligus mengenalkan karya ke mata publik.
“Zaman sekarang bisa memanfaatkan sosial media untuk berinteraksi dengan builder-builder dari seluruh dunia. Seperti saya, ketika datang ke Jepang (Yokohama Hot Rod Custom Show) beberapa builder tahu saya, kami berkenalan lewat sosial media, sehingga bisa berinteraksi dengan baik ketika bertemu,” ujar pemilik Workshop Mastom Custom, Tommy Dwi Djatmiko saat ditemui di event Djakarta Rumble, Sabtu (17/12/2016).
Soal identitas karya, pria yang akrab disapa Mastom itu menekankan, Indonesia memiliki kekayaan budaya yang bisa diaplikasikan pada karya custom. Motif-motif seni daerah menjadi salah satu yang bisa diangkat.
“Saya pernah melihat motor dengan motif (kain) songket, saya sendiri buat motor dengan motif khas Makassar. Di salah satu acara custom di Palembang saya lihat motor custom model ojek kayu khas daerahnya, nah itu bisa menjadi identitas yang mencirikan Indonesia,” tambah pria berlogat Sunda itu. (Yudistira/nm)