NaikMotor – Pagi itu, Rabu 21 September, matahari sudah berdiri tegak di langit Kota jakarta. Aku sudah bersiap, dengan setelan kaus tipis dilapis manset hitam untuk melindungi kulit tangan dari garangnya sinar mentari. Deru menggelegar knalpot R9 yang terpasang di Honda NM4 Vultus tungganganku membangkitkan semangatku untuk memulai perjalanan ini.
Ini bukan kegiatan main-main buatku yang sudah berumur nyaris setengah abad. Ya, perjalanan 450 kilometer akan kuarungi, demi memuaskan rasa penasaran mencoba Vultus si ‘Moge Matik’melintasi jalanan Jakarta-Semarang.
Setelah berdoa memohon keselamatan pada Tuhan, aku mulai menjalankan motor matik yang rupanya mirip dengan mobil dari tokoh superhero, Batman yang beroperasi di Kota Gotham.
Jalan Raya Parung, Bogor yang lintasannya lurus, memberikan aku kesempatan mencoba tiga mode berkendara dari NM4 Vultus, yakni drive, sport, dan manual. Memasuki kawasan Puncak, Bogor aku tidak ragu menggunakan mode sport yang membuat motor ini melaju agresif, tanpa kesulitan membantai tanjakan dan jalan berkelok.
Terpaan angin sejuk dan cuaca mendung, menggiring saya untuk memarkir motor Batman ini di sebuah restoran cina di daerah Cipanas. Semangkuk bakso kuah nan gurih kunikmati dengan lahap, sambil sesekali aku terkekeh melihat reaksi penasaran orang-orang di tempat parkir melihat tungganganku.
Setelah aku menyelesaikan makan dan membayar ke kasir, aku menghampiri orang-orang itu. Mereka tak segan melontarkan pertanyaan untuk mewakili rasa penasaran itu. Sebelum kembali melaju dengan Vultus, aku sempat membeli sebuah jas hujan, untuk persiapan jika hujan deras menghadangku. Alih-alih memilih jas hujan berwarna hitam, senada dengan motor, aku justru mendapatkan warna hijau terang, kontras dengan tungganganku ini. Ah sudahlah, yang penting aku tetap necis di atas motor ini.
Tak butuh waktu lama untukku memijakkan kaki di Kota Parahyangan. Seperti layakny akota-kota besar lainnya, Bandung menyuguhkan lalu lintas yang padat, dengan beberapa titik lampu merah yang menguji kesabaran. Untungnya, Honda NM4 Vultus memiliki seat high dan ground clearance yang nyaman untuk ukuran tubuhku, dengan tinggi badan 165 cm. Saat berhenti, aku bisa menapakkan kaki dengan sempurna di aspal.
Mode drive saya gunakan saat melibas jalanan di daerah Cileunyi. Meski perpindahan gigi otomatisnya terasa menghentak, motor terus ngacir menerabas padatnya jalanan, yang dipenuhi banyak truk dan bus.
Sampai di Sumedang, aku harus mengubah navigasi, karena jalan Cadas Pangeran sedang longsor, dan harus beralih lewat Cikalong. Kondisi jalan di sana sempit dan tidak mulus, plus banyak tanjakan dan turunan tajam. Hujan saat itu turun deras, dan aku menepi untuk mengenakan jas hujan yang kubeli tadi di Cipanas.
Perjalanan kulanjutkan, melewati beberapa jembatan yang sepertinya baru rampung pengerjaannya, sepertinya jalur ini akan menjadi alternatif dari Sumedang menuju Cirebon. Jalanan tak beraspal beberapa kali membuat ban belakang motor slip, tapi tak jadi halangan berarti buat Vultus yang punya mesin dua silinder berkapasitas 745cc.
Akhirnya aku sampai di Kota Udang, Cirebon, dan mulai masuk ke jalur Pantura yang menyimpan banyak cerita seru dan menegangkan. Beberapa lampu merah menghentikan laju motorku, di samping barisan truk-truk besar bagai transformer di sisi kiri dan kananku. Aku menegakkan Jok Vultus, dan rasanya seperti sedang mengendarai mobil, absen jendela saja.
Saat aku mulai melaju santai di daerah pesisir Jawa itu, aku melihat tindak tanduk mencurigakan dari dua motor yang mengikuti, seakan mengintaiku. Mengandalkan bunyi sangar dari Knalpot R9, aku coba menggeber-geber menakuti mereka. Tapi agaknya mereka tak bergeming, aku langsung saja tancap gas meninggalkan mereka. Syukurlah aku berhasil meloloskan diri.
Hujan deras dan kondisi tubuh yang mulai menurun, membuatku berhenti di depan sebuah mini market di daerah Pekalongan, dan membeli santapan ringan corn flake dengan susu yang kupikir bisa menambah staminaku.
Di tempat itu, beberapa anak muda melempar gurauan kepadaku yangterlihat gagah turun dari motor yang bisa dioperasikan dengan transmisi manual, layaknya mobil triptonik yang hanya butuh menekan tuas plus dan minus untuk mengatur posisi gir transmisi. Mereka bertanya “Om Batman mau ke mana?”, spontan saja aku menjawab, “Batman mau cari Superman,” mereka pun tertawa mendengar celotehku.
Aku juga menghabiskan waktu dengan berbincang dengan seorang bapak, sambil mencari informasi kondisi jalan menuju Semarang, yang menurut google maps akan kutempuh dalam waktu 2,5 jam lagi. Setelah berpamitan, kamipun melanjutkan perjalanan, memecah arah.
Dengan kondisi mata yang sudah cukup mengantuk, dan badan pegal, aku melihat petunjuk jalan, yang menyebutkan jarak menuju Semarang 62 km. Wah, aku kembali semangat, sebab jarak tersebut sama dengan jarak Jakarta-Bogor yang kutempuh hanya dalam waktu satu jam.
Akhirnya, Kota Lumpia berhasil kusinggahi tepat pukul jam 12 malam. Setelah check in di Hotel, aku langsung masuk kamar dan merebahkan diri yang sudah sangat lelah berkendara selama 14 jam.
Tapi, yang perlu dicatat, Honda NM4 Vultus menyajikan kenyamanan yang bisa dikatakan luar biasa, mengingat aku yang sudah berumur 47 tahun bisa melakukan riding tunggal dari Jakarta menuju Semarang tanpa merasa tersiksa selama perjalanan. Performa mesin yang dihasilkan pun setara dengan banderol harga 435 juta rupiah yang ditetapkan untuk menebus Vultus. Luar Biasa! (NM)
Ditulis Oleh: Motorcycle Enthusiast (Krisnanto Sutrisman)