Receivership ini memunculkan spekulasi tentang kemungkinan UBCO dijual atau melikuidasi aset untuk melunasi utang.
Padahal, produk UBCO sebelumnya dianggap punya potensi besar di sektor e-mobility, baik untuk kerja ataupun rekreasi.
Kasus ini juga menjadi pengingat bahwa meski e-mobility sedang booming, risiko gagalnya tetap tinggi.
Biaya pengembangan, tantangan rantai pasokan, dan tekanan untuk inovasi sering menjadi penyebab utama kegagalan.
UBCO kini menghadapi masa depan yang tidak pasti, meskipun receivership tidak selalu berarti kebangkrutan. Jika beruntung, UBCO bisa bangkit seperti CAKE, tetapi kemungkinan terburuk tetap ada. (Awang/Contrib/NM)