“Dari sisi keuangan, Adira Finance membukukan total pendapatan perusahaan mencapai Rp 7,5 triliun, naik sebesar 9% jika dibandingkan periode sama tahun lalu. Sementara itu, total beban meningkat sebesar 18% y/y menjadi Rp6,1 triliun pada 9M24. Peningkatan pada beban disebabkan naiknya biaya pendanaan dan biaya kredit. Dengan demikian, laba bersih Perusahaan setelah pajak dicatatkan sebesar Rp 1,1 triliun atau mengalami penurunan sebesar 17% y/y. Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) Perusahaan masing-masing tercatat menjadi sebesar 5,7% dan 13,5%.” kata Sylvanus Gani Mendrofa, Direktur Keuangan Adira Finance.
Dari sisi pendanaan, Perusahaan terus melakukan diversifikasi sumber pendanaan baik melalui dukungan berkelanjutan dari pembiayaan bersama dengan Perusahaan induknya, Bank Danamon, dan memperoleh
pinjaman eksternal dari bank (baik bank dalam negeri maupun luar negeri) dan pasar modal (obligasi lokal dan sukuk mudharabah). Per posisi September 2024, Pembiayaan Bersama mewakili 48% dari piutang yang
dikelola. Sementara itu, total pinjaman Perusahaan pada September 2024 meningkat sebesar 24% y/y menjadi Rp19,2 triliun, terdiri dari pinjaman bank (dalam negeri dan luar negeri) dan obligasi & sukuk masing-masing berkontribusi 66%:34%. Hasilnya, gearing ratio sebesar 1,9 kali pada September 2024.
Pada bulan Oktober 2024, Perusahaan telah menerbitkan Obligasi Berkelanjutan VI Adira Finance Tahap IV Tahun 2024 sebesar Rp 2,0 triliun dengan oversubscribe 2,3 kali. Selain
itu, Perusahaan berhasil mempertahankan peringkat internasional Baa1/stable dari Lembaga Pemeringkat Internasional Moody’s atau satu tingkat diatas peringkat negara Republik Indonesia. Diharapkan peringkat ini dapat memperkuat kemampuan Perusahaan untuk mengakses sumber pendaan yang lebih kompetitif baik dalam negeri maupun luar negeri. (Rls/NM)