Jakarta (naikmotor) – Salah seorang jurnalis sekaligus fotografer asal Inggris pernah ngobrol bebas tentang pengalamannya meliput balap, khususnya MotoGP. Saat kelas GP250 diganti dengan kelas Moto2, gaya balap mayoritas pembalap di GP250 berganti. Kebanyakan cara mengendarainya dilakukan dengan cara agresif.
Agresifitas ini pun cukup ekstrim, karena rangka motor yang sangat rigid dan ringan, justru membuatnya jadi sulit untuk dibelokkan. Sangat berbeda dari motor supersport 600. “Berbicara tentang balap Moto2, kita hanya bicara tentang bagaimana Anda berani buka gas dengan cepat dan deselerasi dengan cepat,” ungkapnya.
Doni Tata Pradita bahkan pernah mengeluhkan hal ini, dan Ia merasa sangat sulit untuk melakukan teknik deselerasi seperti itu. Ketika Naikmotor.com menanyakannya langsung pada Sam Lowes yang menjuarai Moto2 Jerez, Spanyol, Ia menegeaskan bahwa apa yang dikatakan oleh sang jurnalis asal Inggris itu benar adanya.
“Deselerasi cepat adalah kunciannya. Memindahkan gigi secara cepat dan momentum yang tepat, membuat ban belakang jadi kehilangan traksi. Apakah ini akan membuat ban cepat aus? ya, tapi itu hanya berlaku pada bagian tengah. Sementara untuk bagian tepi tidak akan terganggu, karena posisi motor masih tegak saat sliding,” papar Lowes, sembari melakukan dinner bersama para jurnalis dan balap di Lippo Mall Kemang, Jakarta (1/5).
Ia melanjutkan bahwa ketika melakukan teknik sliding ini, memang tak semua sirkuit bisa dilakukan. “Misalnya seperti Mugello di Italia atau Sachsenring di Jerman, kemungkinan tidak bisa terlalu ekstrim menggunakan gaya deselerasi cepat. Karena karakter tikungan yang panjang-panjang. Kalau di tipe sirkuit stop & go seperti Austin, hampir di semua bagian sirkuit bisa melakukan teknis sliding seperti ini,” pungkasnya. (Spy/NM)