“Di samping keunggulan pada mesinnya yang modern dan bertransmisi 6 percepatan, desain bodi yang agresif membuatnya disebut Hiu pada zaman itu. Selain itu, harga untuk Satria Hiu saat ini masih terbilang masuk akal. Plus kombinasi pattern stripping yang buat gua keren, mirip retro klasik gitu,” tambahnya.
Meski kendala dalam konsumsi bahan bakar, oli samping, hingga komponen tertentu yang cukup rentan ketika digunakan dalam ajang balap resmi, dan harga yang cukup tinggi dibanding sekelasnya. Tidak pula menyurutkan popularitas sepeda motor ini, bahkan hingga saat ini, ketika pabrikan telah menghentikan produksinya.
“Memang hal tersulit dari restorasi ini adalah pada komponen mesinnya, terutama pada blok mesin. Saya sendiri mencari sparepart originalnya tidak ketemu, berakhir saya ambil dari mesin copotan yang waktu itu ada di daerah belitung dengan harga Rp. 1,3 Juta,”
Icad juga mengungkapkan kalau total keseluruhan, Ia restorasi Satria 120 R tahun 2004 itu habis Rp.15 Jutaan untuk bisa menjadikannya orisinil seperti baru. Tak sampai situ, Icad juga memberikan beberapa tips bagi para pemula yang ingin bermain di sepeda motor 2-tak.
“Hal pertama pastikan kalian cari tahu tentang asal usul sepeda motor itu, kedua mencari bahan sepeda motor harus sabar dan jangan terlalu nafsu. Serta yang ketiga, banyakin refrensi bengkel atau kenalan yang ngerti dengan mesin atau bidang restorasi itu,” tutup Icad. (Alvito/Contrib/NM)
