Jakarta (naikmotor) – Pada event 70th Indonesia Vespa World Days 2016, Sabtu (23/4/2016) di Lapangan Wisma Aldiron (eks MBAU), Jl. Gatot Subroto No 72 Pancoran, Jakarta Semata, bukan hanya dihadiri hampir 500 komunitas Vespa dari Sumatera hingga Papua saja. Tetapi juga dihadiri dari skuteris negara jiran, Malaysia dan Singapura serta Thailand.
Sayangnya, hanya skuteris Singapura dan Malaysia yang bisa ditemui, untuk menceritakan kultur skuteris di negaranya masing-masing. Nzo, misalnya, penggemar Vespa dari Singapura itu takjub melihat guyubnya komunitas Vespa di Indonesia. “Kami termasuk komunitas yang langka, paling sekali kumpul tak lebih dari 5 orang. Itu pun karena janjian ketemu di bengkel saat service.”
“Vespa di sana baik komunitas atau bukan, penggunaannya lebih ke gaya hidup. Touring pun di kota, negara kami kami kan negara kota. Atau untuk pergi hang out di mal atau kasino,” ujar pria keturunan India kelahiran Singapura itu.
“Tak seperti di sini, di negara kami modifikasi hampir tak mungkin dilakukan. Pasalnya ada ketentuan CoE, Certificate of Entitlement, tiap tahun kendaraan akan diperiksa apakah kondisi komponen dan fisiknya masih sama dengan saat pertama kali diinspeksi, terutama kode-kodenya atau nomor partnya. Jika berbeda sedikit saja dengan CoE, pemilik bisa didenda bahkan kendaraan bisa disita.
Kalau Vespa klasik pastilah tidak mungkin ada, sebab sepeda motor apapun di sana dibatasi hanya sampai usia 10 tahun dan lalu discrap,” ujarnya dengan wajah sedih.
“Tapi kalau ingin touring jarak jauh atau balapan dengan Vespa, kami menyeberang ke Malaysia hingga Thailand,” ujarnya kali ini dengan wajah gembira.
Sementara Ahbin, skuteris Malaysia menyatakan, “Guyubnya komunitas Vespa mirip seperti di Indonesia. Biasanya kalau bikin event kita gabungkan 2 komunitas besar dari Tengah (Kuala Lumpur dan Johor) dan Utara. Sering juga kita turut berpartisipasi di event Vespa Thailand.
Cuma kalau model klasik lebih banyak sebagai koleksi pribadi yang diwariskan. Pemiliknya pun biasanya sudah uzur, atau pun muda pastinya dapat warisan dari kakek atau bapaknya. Saya punya yang klasik dan memang warisan dari bapak saya.”
“Di Malaysia tak ada Vespa kepala kerbau (zeijspan), sebab tidak dikasih izin oleh pemerintah terkait, kalau pun dijalankan pasti disita.
Soal modifikasi, karya orang Indonesia boleh jadi acuan, tapi kendalanya tak semua model beredar di sana. Jadi konsep modifikasinya boleh kami tiru,” cakapnya dalam logat Melayu kental.
“Soal guyub skuteris rasanya sama saja, di Indonesia atau Malaysia, setiap ada Vespa yang mengalami kesulitan di jalan, pastilah akan ditolong oleh skuteris yang kebetulan lewat,” tuturnya. (Afid/nm)