Buenos Aires (naikmotor) – Tim Repsol Honda tahu betul bagaimana memanfaatkan performa ban untuk meraih kemenangan. Tapi karakter ban yang berubah, membuat mereka jadi kikuk. Beruntung, karena saat sesi race di Qatar, Marc Marquez mampu melakukan adaptasi lebih baik pada karakter ban belakang.
Tapi yang paling sukses adalah Jorge Lorenzo. Ia dan Yamaha berhasil mencari padanan terbaik karakter ban dan perilaku motor. Lorenzo sendiri menegaskan bahwa kunci terbesarnya meraih hasil terbaik adalah pemilihan kompon ban belakang yang tepat.
Seperti kita ketahui, ban belakang Michelin punya karakter yang sangat disukai para pembalap. Selain gripnya sangat bagus dan tahan lama, juga feeling dengan motor rata-rata bisa dirasakan sangat baik oleh para pembalap. Namun sayang, pada bagian depan justru tak berkebalikan dengan karakter ban belakang.
“Kita tidak dapat berbuat banyak pada karakter ban depan. Satu-satunya cara adalah maksimalkan karakter ban depan dengan sebaik-baiknya. Bagian yang justru bisa dieksplorasi lebih jauh adalah ban belakang. Pilihan yang tepat, bakal menjadi penentu seorang pembalap bisa bertarung dengan baik hingga lap terakhir atau tidak,” ujar Lorenzo usai menjuarai MotoGP Qatar (20/3/2016).
Lalu pelajaran apa yang bisa dipetik untuk putaran kedua di Sirkuit Termas de Rio Hondo, Argentina? pastinya masih akan berkutat di maksimalisasi pemilihan kompon ban dan karakternya. Apalagi sirkuit ini terkesan cukup sensitif pada ban yang punya grip bagus. Lantaran permukaannya yang abrasif ditambah faktor cuaca yang kadang cukup panas.
Sebagai gambaran saja, tahun lalu, Valentino Rossi sukses meraih kemenangan dengan performa luar biasa di akhir balapan. Ia menggunakan ban kompon ekstra keras dan bisa memanfaatkan performa terbaiknya di setengah balapan kedua. Tapi tahun ini tentunya akan berbeda dengan Michelin. (Spy/NM)
