Dari sektor ESDM, lifting migas nasional justru terus mengalami penurunan karena memang usia sumur yang sudah tua. “Sementara permintaan BBM-nya semakin tinggi. Maka impor kita makin banyak, subsidi makin besar,” jelas Arifin.
Menteri Arifin Tasrief menambahkan, dari hasil percobaan konversi motor listrik di atas 10 tahun yang sudah kita lakukan itu jika menggunakan bahan bakar BBM untuk 30 KM akan menghabiskan BBM 1 liter. Misalnya, Pertalite dengan harga Rp10.000, tetapi jika diganti dengan motor listrik hanya memerlukan daya listrik 1 Kilo Watt yang harganya Rp1.600. Jangan lupa juga motor BBM setiap tahun harus ganti oli itu kurang lebih Rp2-2.5 juta pertahun, dengan motor listrik hal itu tidak ada lagi,” ungkap Arifin.
Arifin menyakini program motor listrik ini akan menimbulkan efek berganda di sektor lainnya, seperti manufaktur hingga pertumbuhan bengkel-bengkel motor listrik. “Saya yakin, kalau kegiatan ini bisa jalan, kegiatan ekonomi juga akan meningkat, mulai dari bengkel, manufacturing pabrik-pabrik yang membuat komponen motor listrik akan bergerak semua dan ini produksi Indonesia,” pungkas Arifin. (Arif/nm)