Jakarta (naikmotor) – Putaran kedua ajang modifikasi bergengsi Honda Modif Contest (HMC) 2016 akan dipentas di Komplek Parkir Stadion Manahan Solo, 19-20 Maret 2016, besok. Seperti tahun lalu, antusias modifikator Jawa Tengah diperkirakan akan membludak.
Tahun lalu, HMC Solo menjaring 131 kontestan dari Solo, Yogyakarta, Semarang, Purwokerto, Magelang, Kedu, Sragen, Karang Anyar, Klaten dan harus menyingkirkan 12 motor dari arena scrutineering karena terlambat datang. Panitia secara tegas menolak mereka untuk memberikan tempat di kontes dalam memberikan pelajaran bagaimana sikap respect terhadap aturan yang ditegakan.
Sekali lagi, Honda Modif Contest bukan sekadar menjaring peserta, namun juga mengajarkan soal kedisiplinan waktu, apalagi yang datang telat berasal dari daerah sekitar Solo.
Mengikuti Honda Modif Contest bukan hanya bicara soal menang atau kalah, tapi lebih dari itu adalah ajang pembelajaran, sharing dan diskusi antarmodifikator termasuk dengan para juri yang memiliki background dalam hal rancang bangun kendaraan.
Esensi dari kontes yang dibangun oleh HMC adalah bagaimana belajar menghasilkan karya modifikasi yang dibangun atas kreativitas, ide, inovasi, craftmanship, finishing yang baik.
Judhy Goutama, Senior Manager Brand Acitvation Departemen PT Astra Honda Motor, mengamini bahwa Honda Modif Contest digelar untuk mengedukasi para modifikator dari berbagai sisi.
“Kita ingin mereka tumbuh dan belajar dengan semangat modifikasi Honda yang mengedepankan soal disiplin, attitude dan tentunya skill mereka bertambah melalui berbagi ilmu bersama para juri,” ujar Jhudy.
“Sebuah kompetisi yang menyenangkan karena dewan juri bersedia untuk berbagi ilmu dan sharing sehingga suasana lebih akrab. Semoga pesertanya bisa bertambah lagi tahun depan,” ujar Benny Zuliansyah, juara kelas FFA di bawah 2006 dari Purwokerto saat dimintai komentarnya.
Dalam sesi technical meeting, Lulut Wahyudi saat itu meminta para modifikator untuk bsia menampilkan karya orisinal dan mengajak mereka untuk menciptakan Solo Style.” Tidak ada karya yang pure orisinal, inpirasi boleh, tapi jangan copy paste dari model motor yang sudah ada sebelumnya. Penilaian kami yang pertama dari orisinalitas karya, lalu engineering dan detail. Mari kita maju dan berlomba melalui HMC menciptakan style sendiri karena Solo salah satu kota barometer modifikasi di Indonesia,” ajak Lulut Wahyudi, punggawa Retro Classic Cycles.
Dibukanya kelas baru yakni Cafe Racer/Bratstyle tentu akan menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi para modifikator maupun komunitas pengemar motor-motor modifikasi di Solo. Bicara soal kustom kultur, Solo kini terus menggeliat dengan memiliki event Burnout ‘Surakarta Kustom Enthusiast’ yang menjadi ajang pergerakan para penggila otomotif dan industri kreatif serta seni lainnya. (Arif/nm)