Jakarta ( naikmotor) – Kegiatan Touring Forwot XIII ke Cisarua Bogor akhir pekan lalu (17-18/10/2015) sekaligus kami jadikan sebagai ajang test ride skuter neo-retro Peugeot Django Evasion pinjaman dari PT Garansindo International Motors.
Bila sebelumnya hanya menjajal di arena test ride seluas 400 meter di areal IIMS 2015 silam, maka kini kami bisa merasakan sepenuhnya performa skuter premium asal Perancis yang dibanderol Rp 35,9 juta.
Beriringan dengan rekan-rekan Forwot lainnya dengan berbagai varian motor, Peugeot Django Evasion 150 menjadi tontonan tersendiri. Desain unik dengan paduan putih dan vitamin orange membuat kami banyak dilirik pengguna jalan lain di setiap traffic light.
Rute dari Cipete-Simatupang-Depok-Sentul –Cisarua pulang pergi dengan rute yang sama ditamatkan Peugeot Django 150 dengan berbagai catatan. Dimensi panjang bodi 1,325 mm ternyata bukan masalah untuk bisa bermanuver menaklukan kemacetan sepanjang Cipete sampai Depok.
Rute Cipete sampai Sentul kami tidak menemukan handicap berarti, hanya kemacetan yang mengadang. Jok empuk dengan kontur khas Django Evasion mendudukkan bokong kami dengan nyaman sehingga membuat posisi berkendara lebih ergonomis. Tinggi jok 770mm akan membuat kaki sedikit jinjit,wajar karena ini konsumsi orang bule, tapi bukan masalah berarti untuk tinggi postur 168 masih bisa sedikit menapak.
Tantangan berikutnya melahap rute Sentul-Gadog melewati jalanan rusak sekitar Babakang Madang dan juga tanjakan memasuki Bukit Pelangi serta jalanan berkelok menuju Gadog. Angkat jempol tentunya untuk kinerja suspensi yang mampu mereduksi guncangan dengan baik. Komposisi hydraulic fork di depan dan single hydraulic shock absorber di belakang menyerap pantulan dari ban sehingga badan tidak cepat pegal.
Satu hal lagi, sistem pengereman Synchro Braking Control (SBC) yang disematkan membuat kami percaya diri melarikan Django. Pasalnya saat menarik tuas rem sebelah kiri, sistem mengerem kedua ban, yang berguna untuk mengurangi gejala dive terutama saat pengereman mendadak.
Kinerja suspensi dan rem inilah yang mengantarkan Django memiliki keunggulan lebih untuk diajak bertamasya melibas jalanan bergelombang dan jalanan menurun terjal sepanjang menuju Gadog. Ini pula yang membuat kami percaya diri menaklukan tikungan-tikungan tajam di jalur alternatif tersebut meninggalkan rombongan di belakang.
Sesekali api memercik dari standar yang bergesekan dengan aspal ketika kami rebah menikung ke kiri. Kedua kaki Django yang diperkuat ban bertapak lebar (120/70-12) juga mengantarkan kami tak lagi ragu menari-menari menekuk belokan.
Lepas dari Gadog menuju Cisarua yang penuh tanjakan bukan masalah bagi Django meski kami harus pintar memainkan irama. Umumnya karakter skuter Eropa yang berkapasitas 150cc, kita tidak bisa berharap akselerasi mengisi penuh dari bawah dengan spontan. Karenanya, kami ancang-ancang dari bawah dengan mengurut pelan sampai mendapat titiknya untuk melaju konstan. Yang pasti tarikannya mulus tidak terasa gejala tersendat.
Toh, untuk skuter premium sebagai tunggangan kaum urban macam Django Evasion kita tidak butuh tenaga yang besar. Sosoknya yang stylish sayang untuk tidak dinikmati orang lain saat melintas di jalanan. Seperti kata Kang JJ, penjelajah dunia, naik motor itu harus rileks, menikmati alam sekitar namun tetap fokus.
Di areal lapangan tanah sekitar villa di Cisarua, kami mencoba bermain-main untuk melakukan manuver tajam menguras kestabilannya. Dan terbukti, Django 150 memiliki keunggulan meski dipacu di jalanan tanah termasuk dibantu pengereman combonya.
Rasanya sudah tidak sabar menggarasikan Django yang direncanakan hadir di awal tahun depan. (Arif/nm)