Naik H-D WL 1945, Inilah Akhir Perjalanan Cosmas Solo Riding Jogja-Manado

0
H-D WL 1945
Cosmas Lili Sudrajat tiba di Manado naik H-D WL 1945. Foto: Dok.Pribadi

NaikMotor – Perjalananan solo riding Jogja-Manado Cosmas Lili Sudrajat kembali dilanjutkan dari Tana Toraja mengeksplorasi Sulawesi naik H-D WL 1945. Beberapa tempat wisata disinggahi sambil mengalami beberapa kejadian yang baru ditemuinya.

Di Tana Toraja, 21 Juli 2019 Cosmas yang naik H-D WL 1945 mengunjungi Lolai, Negeri di Atas Awan dari Kete Kesu dengan jarak tempuh sekitar 10 Km melewati jalan sempit, menanjak dan berliku sejak pagi hari. Lolai, tempat dengan ketinggian 1200 m di atas permukaan laut ini menawarkan pemandangan yang menakjubkan  seperti lembah dan hamparan sawah terasering  serta  perbukitan khas pegunungan dihiasi gulungan awan berada di bawah kita… sungguh sangat indah.

Misi berikutnya menuju pesisir timur Sulawesi Selatan  dengan menuruni perbukitan antara Tana Toraja dan Palopo yang akhirnya disambut Hendry, sesama penggemar motor tua asal Jogja.  Setelah mengecek kembali H-D WL 1945, Cosmas bergegas menuju  Tentena  dengan melewati Masamba, Bonebone, Tomoni,  Pendolo.

Selepas Tomoni, ia mendapati rute agak menantang, yaitu melewati hutan lindung Mangkutana yang terpampang tinggi di depan. Sementara sampai Pendolo daya tahan tubuhnya mulai menurun hingga dipaksakan sampai sampai di Tenten. “Di sini saya sudah ditunggu Om Noldy dan teman-teman dari forum bikers Tentena, mereka menawarkan agar saya menginap disini. Ajakan merekapun saya iyakan,” tulis Cosmas.

Air terjun Saluopa sejauh 10 km dari Tentena menjadi tujuannya  menyusuri persawahan hijau di tepi Danau Poso, sangat indah. “ Wow… ini mungkin air terjun terbaik di Indonesia! Air terjun dengan ketinggian 25 meter yang terdiri dari 12 tingkat. Pengunjung bisa menikmati setiap tingkat dengan menaiki tangga yang tersedia. Kerennya lagi kita bisa dengan nyaman bermain air di air terjun ini tanpa khawatir akan tergelincir, karena bebatuan di dasar sungai ini tidak licin ataupun berlumut, sungguh ini surga tersembunyi di bumi Sulawesi,” ungkap Cosmas.

Puas menikmati keindahan di air terjun Saluopa, mereka  meluncur menuju penginapan di tepi Danau Poso sambil mencicipi beberapa makanan khas Tentena yaitu Sogili (semacam belut dengan ukuran besar) dan juga olahan kalong (sejenis kelelawar).

Puas bermain di Danau Poso,  esok harinya  ia melanjutkan perjalanannya pukul 11 siang menuju Parigi hingga menjajal riding malam  dan tiba di Tinombo untuk menginap atas rekomendasi dari  Kapolsek.

24 Juli 2019  Nyungsep di Muontong

Dari Timombo,  destinasi berikutnya adalah Mountong dengan kejenuhan mulai melanda termasuk rasa kantuk. Akhirnya ia terjatuh di luar aspal bersama motor saat berusaha untuk berbelok. Beruntung motor H-D WL 1945 ini dilengkapi dengan engine guard depan dan belakang, sehingga badan kaki dan badan sy tidak ada yang terjepit ataupun tertindih motor, hanya lecet-lecet sedikit pada jaket dan kaos tangan.  Bantuan datang dari bapak dan anaknya  dan bercerita bahwa sebelumya di tikungan itu sudah 2 orang meninggal akibat kecelakaan… hmm serem juga.

Setelah menenangkan diri dalam perjalanan menuju Gorontalo  disambut forum motor klasik Gorontalo yang telah menunggu dan membawanya ke tempat nongkrong untuk selanjutnya beristirahat.

25 Juli 2019. Etape terakhir to Manado

Hari ini adalah etape terakhir menuju Manado dengan dikawal oleh 2 orang teman dari komunitas motor klasik Gorontalo sampai kea rah luar kota.  Medan yang harus dilalui naik turun curam dan berkelok- kelok di samping jurang dalam di sisi sebelah kanan mengarah ke laut. Jalur naik turun yang curam dan menyusuri pantai inj kurang lebih 30 km hingga akhirnya sampai di  Pinolosian.  Selesai makan siang mengambil jalur ke arah Kotamobagu hingga pukul 17.00 tiba di  kota Manado dijemput oleh  Acho, salah seorang biker motor klasik Manado.

“Senang sekali rasanya akhirnya saya bisa sampai ke kota Manado dengan motor kesayangan dalam keadaan yang baik dan sehat. Duduk di tepi pantai, menikmati minuman hangat sambil melihat sunset sunguh pengalaman tak terlupakan. Malam itu saya habiskan waktu bersama teman-teman kmk Manado, tak lupa pula saya menikmati minuman khas Manado yang terkenal, yaitu Cap Tikus,” ujarnya.

26 Juli 2019. Mengunjungi Bumi Minahasa and flying home

Tujuan selanjutnya ke Monumen Nenteng Moraya. Tempat ini dulu pernah terjadi perang akbar antara para pejuang Minahasa melawan tentara kolonial Belanda. Di monumen ini kita bisa menemukan tonggak-tonggak kayu besar yang dulu merupakan pondasi rumah2 suku Minahasa. Di bagian luar monumen, terdapat relief yang menggambarkan awal terbentuknya suku Minahasa. Sedangkan bagian dalam monumen terdapat relief yang menggambarkan perang Tondano. Sungguh membanggakan melihat sejarah perang Tondano yang terjadi tahun 1800an itu.

Selesai mengunjungi Monumen Banteng Moraya,ia menitipkan motor H-D WL 1945 ke saudaranya untuk beberapa waktu.  Cosmas pun berkemas menuju  Bandara Samratulangi untuk terbang ke Jogja dan berkumpul kembali bersama keluarga.

“ Dengan perjalanan ini saya semakin menyadari bahwa Indonesia sangatlah kaya akan kekayaan alam dan budaya. Catatan lain adalah saya sangat salud dengan kekompakan para bikers di Sulawesi, mereka dengan sukarela berusaha untuk berbuat dengan apa yg mereka bias untuk membantu kelancaran perjalanan kita layaknya saudara tanpa melihat type/merk motor ataupun club motor kita. Salute untuk para bikes Sulawesi trimakasih atas uluran persaudaraanya.,” tutupnya. (Selesai)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here