JAKARTA, Kamis, 13 November 2014 – Rakyat menggugat. Fakta memperlihatkan sepuluh tahun terakhir Indonesia harus kehilangan 220 ribu lebih jiwa anak bangsa di jalan raya. Mereka bergelimpangan lantaran kecelakaan lalu lintas jalan.
Tak kurang dari satu juta anak negeri yang menderita luka-luka dari petaka jalan raya tersebut. Sebanyak 41% dari korban tersebut harus menderita luka berat. Mereka tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan. Mereka kehilangan salah satu pancaindra, bahkan mereka menderita cacat berat atau lumpuh.
Kita juga disodori fakta bahwa mayoritas keluarga korban kecelakaan harus terganggu finansialnya. Keluarga yang ditinggalkan oleh penyangga tiang ekonomi harus pontang-panting membangun ekonomi mereka. “Pertanyaannya, bagaimana dengan masa depan anak-anak mereka?” sergah Edo Rusyanto, ketua umum Road Safety Association (RSA) Indonesia, di Jakarta, Kamis (13/11/2014).
Di tengah itu semua, RSA Indonesia mengajak seluruh rakyat Indonesia merenung sejenak akan kebengisan sang jagal jalan raya. Bagaimana kecelakaan mencabik-cabik kehidupan keluarga yang ditinggalkan. Bagaimana kecelakaan merenggut jiwa anak-anak negeri yang kemungkinan menjadi penerus bangsa dan negara. Mereka bisa jadi adalah calon pemimpin bangsa, calon intelektual, bahkan bisa jadi mereka adalah calon penegak hukum yang bersih dan berwibawa.
“Pada Minggu, 16 November 2014, RSA Indonesia bersama segenap relawan di berbagai kota menggelar aksi simpatik bertajuk Hari Perenungan Korban Kecelakaan Dunia,” jelas Edo Rusyanto.
Dia menambahkan, tema kali ini yang diusung adalah “Kecelakaan Menambah Beban Berat Hidup Rakyat”.
Pada tahun ini, tambahnya, kota-kota yang menggelar aksi simpatik itu terdiri atas Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Kudus, Padang, dan Palembang. Mereka bahu membahu untuk mengajak publik agar lebih peduli terhadap masalah keselamatan berlalu lintas jalan. Mengingatkan masyarakat bahwa kecelakaan bukan saja merenggut orang-orang tercinta, tapi juga bisa memporakporandakan ekonomi keluarga.
RSA Indonesia menyerukan agar pelaksanaan aksi simpatik berjalan aman, nyaman, dan selamat. Tidak membuat lalu lintas jalan menjadi lebih tambah karut marut. Karena itu, pilihan aksi tahun ini memakai lokasi area Car Free Day di kota-kota terkait. Misalnya, di Jakarta digelar di area CFD di kawasan Bundaran HI, Jakarta Pusat mulai pukul 07.00-11.00 WIB.
Mari gandengkan tangan, mari serukan kepada Negara bahwa mereka bertanggung jawab untuk melindungi para pengguna jalan raya. Mari serukan kepada kita sesama rakyat pengguna jalan bahwa ada jagal jalan raya yang tak pernah lelah mengintai kelengahan kita. Terus waspada, fokus, dan konsentrasi ketika berkendara. Wujudkan lalu lintas jalan yang humanis, lalu lintas jalan yang mengusung keadaban kita sebagai manusia. Sudi toleran dan menghargai aturan di jalan. Semangat!!! (*)