Jakarta (naikmotor.com) – Para penggemar aksi akrobatik di atas motor atau lebih dikenal dengan istilah freestyler semakin marak di Indonesia. Hal ini dapat dilihat makin bermunculan freestyler-freestyler muda dan muka-muka baru. Ada yang sekadar menyalurkan hobi, namun ada pula yang menjadikannya profesi sampingan. Sementara di sisi lain, produsen roda dua kerap memakai jasa freestyler untuk meramaikan peluncuran produk dan gelaran balap lokal.
Sayangnya, para freestyler lokal masih jago kandang, sekedar hobi dan belum bisa tampil profesional, apalagi go Internasional. Kenapa freestyler lokal tak banyak bicara di – katakanlah – level Asia?
Beberapa pengamat yang dirangkum pendapatnya menyebutkan, hal ini terjadi karena para freestyler Indonesia masih belum ditangani serius, salah satu contohnya dari segi dukungan perlengkapan atau motor besar, seperti layaknya stuntrider profesional. Di sisi lain, para freestyler pun masih harus belajar banyak meningkatkan keterampilan dan penampilannya.
Selain latihan dan dukungan pihak lain yang peduli perkembangan akrobatik di atas motor, freestyler lokal perlu banyak belajar langsung atau bertukar pengalaman dengan freestyler manca negara yang lebih berpengalaman dan menguasai teknik akrobatik dengan motor. Dulu, sebuah merek rokok kerap mendatangkan freestyler mencanegara yang dikemas dalam sebuah event bikers, namun – mungkin — dalam 3 tahun terakhir hal tersebut tidak lagi ditemui. Tidak ada lagi freestyler-freestyler asing yang menunjukkan aksinya dihadapan masyarakat Indonesia.
Padahal kehadiran stuntrider asing diharapkan membuka wawasan para freestyler lokal agar bisa lebih profesional. Jika ada pihak yang perduli, katakanlah mendatangkan jago-jago akrobatik motor dari Eropa atau Amerika Serikat, ini bisa menjadi transfer ilmu, dan sebaliknya mereka juga bisa melihat bahwa freestyler Indonesia juga tak kalah jago. Harapan lainnya, stuntrider asing bisa membantu membuka jalan untuk penjenjangan freestyler Indonesia agar dapat terdengar di kancah Internasional.
Beberapa tahun lalu stuntrider profesional asal Amerika Serikat, Aaron Twite, pernah mengatakan bahwa penampilan freestyler Indonesia sudah baik, bisa mengendalikan motor dan membuat inovasi dengan hebat.
Artinya, ketrampilan para freestyler Indonesia sebenarnya sudah bisa disetarakan dengan freestyler kelas dunia, sayangnya motor yang saat ini dipakai mayoritas masih motor kecil yang bukan standar Internasional. Kalaupun ada peningkatan dengan kapasitas mesin yang lebih besar, seperti 250 cc atau 600 cc, jumlahnya masih sedikit, dan kemampuan serta teknik akrobatiknya terbilang monoton, alias biasa-biasa saja.
Jika freestyler Indonesia menggunakan motor besar dan banyak berlatih, mereka sudah selevel dengan stuntrider kelas dunia. Dengan motor yang lebih besar alias motor gede (moge), penampilan freestyler Indonesia akan menjadi lebih memukau, karena dapat melakukan lebih banyak burn-outs (membakar ban belakang) dan juga stoppie yang lebih hebat, serta aksi-aksi mendebarkan lainnya.
Bukan hal yang mustahil ada freestyler Indonesia yang suatu saat bisa go-internasional. Namun untuk mewujudkan hal ini para freestyler membutuhkan waktu berlatih di atas motor gede dan juga sponsor yang mendanai perjalanan mereka menjadi seorang stuntrider profesional.(zr/nm) foto : zr