NaikMotor – Hadirnya Royal Enfield Classic 500 Pegasus ikut mendongkrak kembali sosok Royal Enfield RE/WD 125 ‘Flying Flea’. Motor legendaris yang mencatatkan diri sebagai salah satu motor perang paling bersejarah.
Mengulik RE/WD 125 ‘Flying Flea’ maka kita dihadapkan dengan sejarah Perang Dunia II. Salah satu bagian paling kelam umat manusia tapi di sisi lain juga jadi cerita paling sukses buat sepeda motor yang dipakai pihak militer.
Seperti diketahui di awal berdirinya perusahaan, Royal Enfield tidak hanya memproduksi sepeda motor tapi juga amunisi dan perangkat artileri serta memasoknya untuk beberapa pihak seperti tentara Inggris dan Belgia.
Saat Perang Dunia II berkecamuk pihak Inggris butuh kendaraan yang tepat. Spesifikasinya harus di atas rata-rata motor pada jamannya, yang berarti bukan hanya kuat, tapi simpel, bandel dan ringkas untuk dipakai personel tentara.
Selama masa perang, puluhan ribu motor RE dikirim ke hampir seluruh area konflik peperangan. Namun hanya Flying Flea yang sanggup dijatuhkan hingga ke garis belakang pertahanan musuh oleh para pasukan terjun payung.
Royal Enfield RE/WD 125 ‘Flying Flea’ diterjunkan di garis depan dengan cara dijatuhkan lewat parasut dalam alat pelindung khusus atau dibawa dengan pesawat tempur Horsa. Dari situlah nama Flying Flea akhirnya didapat yang artinya Kutu Terbang.
Sementara di darat, motor kecil ini digunakan untuk pengintaian, komunikasi dan sebagai alat membawa para tentara ke dalam peperangan. Tugasnya cukup krusial karena harus andal di medan tempur tapi kuat membawa beban yang berat.
Dalam sejarahnya, Flying Flea digunakan dalam dua operasi besar seperti Operasi Market Garden pada September 1944 yakni operasi udara terbesar dalam sejarah dan D-Day, invasi amfibi terbesar dalam sejarah.
“Begitu landasan diturunkan dan motor keluar dari pesawat, ia digunakan untuk mengumpulkan para tentara dan membawa mereka maju, serta menemani mereka seperti yang biasanya dilakukan konvoi pengawalan bermotor,” kata Gordon May, sejarawan Royal Enfield.
RE/WD Flying Flea sendiri diproduksi di fasilitas bawah tanah Royal Enfield di Westwood, Inggris. Untuk ‘Flying Flea’ generasi pertama yang benar-benar dipakai perang merupakan produksi antara tahun 1939–1941.
Keunggulan motor ini ada pada bobot yang ringan, mesin yang bandel dan handling yang mantap dan mudah diajak terabas hutan. Dihadapkan dengan pagar atau parit, pengendaranya bisa turun dan mengangkat sepeda motornya dengan mudah.
Dimensinya memiliki panjang 191 cm dan lebar 66 cm dengan bobot kering 59 kg. Jantungnya dibekali mesin 2-tak 125cc bertenaga 3,5 hp pada 4.500 rpm dan punya top speed 72 km/jam. Daya ditransfer pakai transmisi 4-percepatan.(Agl/nm)