Jakarta (naikmotor) – Tahun ini penyelenggaraan pameran otomotif terbelah dua dengan waktu yang bersamaan dan sama-sama mengusung titel internasional. Hal ini menjadi perhatian pihak Grand Prix International sebagai penyelenggara Bangkok International Motor Show.
Soal pameran otomotif internasional, tim Dyandra Promosindo beberapa tahun ke belakang, bahkan hingga tahun ini, banyak melakukan study banding mengenai seluk-beluk pameran ke Bangkok International Motor Show (BIMS).
Bangkok International Motor Show (BIMS) menjadi salah satu barometer pameran otomotif di Asia karena banyak diikuti pihak manufaktur otomotif dan rentetan kegiatan pendukungnya yang tentu saja mendatangkan banyak pengunjung hadir.
Tidak mengherankan jika pada penyelenggaraan IIMS tahun ini, organizer BIMS bertandang full team termasuk dengan Miss Motorshow BIMS 2015 ke Kemayoran.
Menurut Dr. Prachin Eamlumnow, CEO Grand Prix International (GPI) penyelenggara BIMS, tolak ukur perkembangan dunia otomotif salah satu indikatornya terlihat dari pameran. BIMS sudah masuk ke dalam list nomor lima di dunia terbesar untuk penyelenggaraan motorshow
” Kita bisa memfasilitasi para produsen kendaraan di Thailand dengan pemerintah untuk sama-sama berkembang memajukan industri otomotif. Harusnya di Indonesia bisa lebih baik dari Thailand dari segi penjualan kendaraan saja lebih tinggi. Kami selalu menganggap Indonesia adalah saudara bukan kompetitor,” ujarnya kepada naikmotor.com dan jajaran direksi Dyandra pada kesempatan makan malam di bilangan Jakarta Pusat, Rabu (19/8/2015) lalu.
Soal masalah yang dihadapi Dyandra tahun ini, Dr. Prachin mengatakan mereka pun sempat mengalaminya beberapa tahun silam.” Kami juga pernah merasakan hal yang sama dengan Dyandra tahun ini masalah event yang bersamaan, namun kami terus berkomitmen untuk memajukan dunia otomotif dengan melakukan pendekatan ke semua pihak termasuk pemerintah dan tentu membuat konten yang menarik,” tandasnya.
Salah satu contohnya, menurut Dr Prachin, membuat gelaran Miss Motorshow sebelum event berlangsung untuk sama-sama ikut mempromosikan kegiatan dari jauh-jauh hari. “Idealnya jarak antar pameran itu lima bulan. Kenapa? Ini untuk memberi kesempatan kepada para produsen mempersiapkan diri juga membuat persiapan kita sebagai penyelenggara lebih matang. Dan pada akhirnya pengunjung bisa puas memperoleh keuntungan dengan melihat pameran tersebut.”
Dr Prachin membuka tangan lebar-lebar bila pihak Dyndra ingin bekerjasama lebih jauh mengenai pameran otomotif.” Apa yang menjadi masalah berkenaan dengan IIMS silakan diskusikan kepada kami, dan kami akan selalu memberikan bantuan untuk kemajuan bersama,” ujarnya. (Arif/nm)