Jakarta (naikmotor.com) – Tidak bisa dipungkiri, penggunaan umbrella girl (UG) atau biasa juga disebut dengan grid girl (GG) atau pit babes (PB), selalu diandalkan dalam setiap ajang balap. Mereka terkadang menggunakan pakaian yang cukup seksi dengan branding sebuah produk yang jadi sponsorr event atau sponsor di tim balap.
Namun tidak ada yang pernah mengukur seberapa penting atau seberapa efektif sih promosi yang dilakukan melalui UG, GG atau PB tersebut. Di MotoGP misalnya, paling ekstrim adalah Lauren Vickers yang pernah menjadi UG bawaan tim LCR Honda yang selalu mendampingi Randy de Puniet sejak 2008 hingga 2010.
Tentu sangat berlawanan dengan perempuan-perempuan yang memilih untuk berbaju wearpack dan menggunakan helm seperti Melissa Paris, Nicolas Mees, Elena Myers dan Anna Carrasco. Mereka memilih jalur yang berbeda untuk mempromosikan brand sponsornya sekaligus menyalurkan hobi balap mereka.
“Tentu itu bukan cara terbaik untuk memasarkan produk apapun itu di baju-baju seksi yang digunakan cewek-cewek itu. Walaupun jadi bahan perhatian banyak orang, tapi itu bukan masalah besar bagi saya. Toh biar bagaimana pun mereka juga punya pemikiran berbeda. Kita berdua berada di trek dengan pekerjaan yang berbeda,” jelas Paris.
Sekarang ada anggapan bahwa dengan memasang brand di baju-baju seksi milik gadis-gadis yang masih belia itu, asumsi tentang brand mereka semakin banyak dilirik orang adalah benar.
Tapi enggak begitu juga, lantaran kebanyakan yang menonton balap adalah kaum lelaki yang secara otomatis tak terlalu memperhatikan brand yang menempel di baju sang UG, GG dan PB itu. Mata kaum lelaki malah lebih tertuju pada kemolekan tubuh yang menggunakan baju seksi itu.
Levelnya sama dengan SPG (sales promotion girl) yang biasanya terdapat di pameran-pameran produk. Cenderung orang-orang lebih tertarik melihat kemolekan tubuh atau kecantikan sang SPG ketimbang brand yang menempel di pakaian mereka. (Spy/NM)