Jakarta (naikmotor) – Pada 1963 juara Grand Prix Indonesia adalah anak muda yang tak diperhitungkan karena masih belia, 16 tahun. Remaja itu Tommy Manoch yang mengendarai Honda CB72 dengan penampilan khas tulisan Ulah Adigung di tangkinya.
Honda CB72 kemudian menjadi buruan para pembalap masa itu. Maklum CB72 performanya luar biasa, 24 daya kuda @9.000 rpm. Padahal masa itu, hanya motor produk Inggris seperti BSA dan Triumph berkapasitas 500cc yang mampu menghasilkan tenaga sebesar itu. Sementara CB72 hanya berkapasitas 250cc saja.
Honda CB72 sebenarnya mempunyai perjalanan cukup panjang. CB72 pengembangan dari C70 1957 yang merupakan produk Honda pertama bermesin twin. Tetapi ini bukan C70 model bebek untuk pasar Asia, ini C70 Dream model tourer untuk pasar Eropa.
CB72 baru diperkenalkan pada 1960. Sebagian komponen-komponennya masih menggunakan milik C70Dream. Seperti garpu, swingarm dan rantai penggeraknya.
CB72 berbeda model sasisnya, karena untuk sport maka menggunakan tubular yang lebih kokoh dan ringan, daripada baja tekan biasa seperti pada C70Dream.
Mesin telah menggunakan sistem pelumasan wet sump. Dan koplingnya telah berada di mainshaft gearbox.
Mesin dua silindernya mempunyai fase pengapian 180derajat sehingga getarannya minim. Mesin disuplai karburator ganda. Soal bobot, CB72 cukup ringan hanya 154 kg. Tentunya membuat rasio power-to-weight-nya besar, menyamai The British 500cc.
Beberapa fitur CB72 sudah cukup maju pada masanya, seperti overhead-camshaft, electric starter, rev counter yang dipadu dengan speedometer, dan sistem rem unik twin-leading shoe brake. Bahkan electric starter menjadi fitur langka yang diterapkan pada motor sport pada masa itu. (Afid/nm)
