NaikMotor — Hari kedua West Java Motorcycle Overland 2018 menjadi ajang balas dendam bagi para peserta untuk memaksimalkan perfoma tunggangannya. Pasalnya di hari kedua ini, Sabtu (24/02) peserta diharuskan melahap lintasan gravel sejauh 87 KM.
Berbeda dengan hari sebelumnya yang didominasi dengan jalan aspal dan para peserta harus menahan kecepatannya. Di hari kedua 30 peserta WJMO 2018 ditantang untuk mencapai basecamp 2 dengan rute Kampung Ladang-Parakan Mucang-Cisanti-Cibutaruwa-Perkebunan Teh Arjuna-Curuk Orok.
Setelah sarapan dan briefing, tepat jam 07.30 peserta dilepas satu persatu menjadi 6 tim, dimana masing-masing tim terdiri dari 5 rider dan diberi jeda waktu 5-10 menit. Kekompakan tim menjadi hal dibutuhkan untuk melintasi jalur petualangan yang dihiasi dengan indahnya panorama alam Gunung Papandayan.
Semua tim harus mencapai beberapa Way Point (titik temu) yang telah ditentukan panitia melalui peta digital untuk mencapai finish di Babecamp 2. Selain itu peserta juga diharuskan mengupload foto ke sosial media di tiap Way Point tersebut untuk mendapatkan nilai tambah dalam petualangan ini.
Zaky Masjkur dari Tim Bear Tribe Jakarta mengaku Rute yang disajikan oleh panitia di hari kedua ini bakal menguras tenaga jika dibandingkan rute hari pertama. Apalagi jalur yang dilalui banyak tanjakan dan turunan khas pegunungan.
“IOX selalu menggembirakan, punya kelas dan berbeda dengan adventure lainnya. Bukan kecepatan dan kompetisi, tapi lebih dari persaudaraan dan kekompakan sesama petualang di indonesia,” ucap pria yang menunggangi Honda CRF 250 tahun 2017.
Perjalanan makin seru dan menantang saat hujan mulai mengguyur pada siang hari. Peserta harus ekstra hati-hati saat melumat jalur di perkebunan teh Arjuno yang berubah menjadi jalur air. Apalagi kabut juga menyelimuti jalur yang berada di ketinggian membuat peserta makin menikmati petualangan ini dengan sepeda motornya. Belum lagi banyak genangan air yang dimanfaatkan untuk merasakan adrenaline.
Memasuki sore hari peserta mulai mencapai Basecamp 2 di Curug Orok, Garut. Hujan yang turun tiada henti hingga malam menyebabkan peserta terakhir finish pada jam 8 malam. Meski suhu dingin yang menyengat tidak menyurutkan semangat para petualang ini untuk mendirikan tenda sebagai tempat bermalam dan beristirahat di kaki Gunung Papandayan.
“Semua peserta sangat menikmati jalur di hari kedua. Selain pemandangan yang mengademkan mata, jalur ini jadi ajang balas dendam hari sebelumnya dan peserta bisa gaspol motornya. Peserta puas, panitia lemas,” ungkap Yudi Suganda, OC WJMO 2018 sambil tertawa lepas. (YA/ NM)