NaikMotor – Meski terlihat mudah ternyata ada tiga kesalahan umum menentukan tipe busi saat ganti busi. Seperti yang dituturkan oleh Diko Oktaviano, Technical Support PT NGK Busi Indonesia.
Menurutnya tiga kesalahan umum menentukan tipe busi itu diantaranya:
1. Menggunakan tipe busi non resistor (R) untuk mesin yang sudah menganut sistem injeksi.
Perangkat yang menggunakan listrik tegangan tinggi seperti busi cenderung menghasilkan gelombang elektromagnetik yang bisa menganggu kerja sistem engine computer unit (ECU). Sebab, dalam hukum fisika dimana ada arus listrik mengalir maka akan terjadi gelombang elektronik yang mengelilingi sekitar konduktornya. Sehingga busi pun perlu ditambahi dengan resistor (R) atau tahanan, yang berfungsi mengurangi interferensinya saat memercikkan api untuk pembakaran di silinder mesin tadi.
Jadi busi dengan tanda R di keramiknya bukanlah busi racing tetapi busi dengan resistor untuk mengurangi interferensi magnetik pada ECU.
2. Kesalahan menentukan tingkat panas.
Jika memilih busi terlalu dingin (angka besar) akan menyebabkan endapan mudah menumpuk pada ujung elektroda, sehingga percikan api busi rendah.
Jika memilih busi terlalu panas (angka kecil) maka akan terjadi pengapian dini, dan bisa menyebabkan melelehnya elektroda pada busi. Efeknya pasti buruk karena bisa menyebabkan dinding linear baret dan bocor kompresi, serta macetnya piston.
3. Kesalahan dalam memilih dimensi busi.
Dalam memilih busi perlu dipastikan panjang ulir yang tepat. Jika tidak tepat mesin tidak akan beroperasi dengan baik.
Seperti jika kependekan maka akan mudah terbentuk endapan karbon pada ulir lubang busi. Jika kepanjangan, kemungkinan piston atau katup bisa menghantam busi dan menimbulkan kerusakan pada komponen-komponen itu.
Menghindari kesalahan umum dalam pemilihan busi, Diko menyarankan agar pemilik sepeda motor membaca kembali buku petunjuk kepemilikan atau owners manual. Periksa mengenai busi standar (OEM) dan alternatif yang disarankan. (Afid/nm)