NaikMotor – Imanuel Putra Pratna, pembalap Yamaha Traxx-D TJM Bien Racing di kelas AP250 bersiap untuk menghadapi final ARRC Buriram 2016 di Sirkuit Chang Thailand. Apa persiapannya?
Berbicara tentang dukungan tim balap, Yamaha Traxx-D TJM Bien Racing, memberlakukan pencapaian target ini sesuai dengan performa terbaik yang diraih oleh pembalap. Dan tentunya, berbagai persiapan dilakukan oleh tim untuk mendukung kiprah Imanuel.
“Intinya kami sebenarnya ingin Indonesia Raya berkumandang di balapan ini. Tapi tidak ada paksaan untuk bilang bahwa Imanuel harus meraih posisi finis di urutan pertama. Tidak seperti itu. Kami juga mempelajari kemungkinannya dan tetap mendukung yang terbaik. Tapi jika memang kesempatan itu ada, kami tetap serahkan ke Imanuel, jelas dia juga akan memberikan yang terbaik saat berlaga,” ujar Manajer Yamaha Traxx-D TJM Bien Racing, Ade Taruna.
Tim juga telah menyiapkan seorang spesialis data telematry, yaitu Leon. Pria lulusan S2 salah satu Universitas di Australia yang khusus belajar tentang data telematry dan engine setup ini, punya basis engine setup di mobil.
Pria ramah ini pun berbicara tentang pentingnya melakukan setup berkala di tiap sesi. “Biasanya yang kami lakukan di sesi latihan pertama (free practice 1) adalah setup gir. Apakah lebih berat atau lebih ringan. Kalau di latihan kedua baru saya kasih tahu, perbedaan dia lap by lap, kelemahannya di mana dan di mana yang dia bagus, apa yang penting untuk diimprovisasi. Sementara di latihan ketiga lebih kepada input saja. Intinya tugas saya memberikan fine tuning saja. Misalnya kalau lewat di tikungan ini, coba pake gigi yang lebih tinggi, karena RPM sudah sangat tinggi. Yang justru jadi tantangan beratnya adalah karena waktu antara FP1, FP2 dan FP3, itu waktunya sangat mepet. Jadi El-Pratna juga harus benar-benar presisi memberikan informasi. Makanya dari sesi ke sesi, saya langsung melakukan analisa telematry, catat, dan kemudian tanya ke dia. Memang tak selalu akurat, karena feeling pembalap tidak akan bisa diukur pakai data.”
Menurut Leon, Imanuel yang punya basis motor sport sejak terjun ke balap motor, punya feeling berbeda di tipe tikungan cepat. Misalnya corner entry, rolling di mid corner dan exit corner itu dia sangat cepat.
“Makanya penting juga untuk memberikan setup mesin yang peak power-nya di putaran atas, karena dia kuatnya di sana. Sementara anak-anak yang berasal dari balap bebek, biasanya kuat di zona pengereman, makanya butuh karakter mesin yang peak powernya di putaran rendah. Dia butuh engine itu untuk mengejar pembalap lainnya. Kemudian pembedanya juga akan terlihat di pilihan girnya. Mesin-mesin di balap Asia ini maksimal di 14.200 RPM, karena pakai kem standar. Waktu di India, kami coba setup ke 13.900 RPM, tapi peak power-nya sangat kuat. Tidak cocok memang dengan karakter Imanuel, tapi di India itu karakternya tikungan mati semua. Apalagi kemarin Imanuel cedera kan, takutnya kalo main di peak power tinggi, dia tidak sanggup. Untuk di Buriram, saya juga belum punya pengalaman, tapi berdasarkan input dari El, Ia bilang banyak tikungan high speed, jadi kita akan pakai mesin yang kemarin kita pakai di Sentul,” pungkasnya. (rls/NM)