Jakarta (naikmotor) – Tawaran untuk menjajal Ducati Multistrada 1200 Red dari Garansindo Euro Sports sebagai distributor resmi Ducati Indonesia sungguh menggiurkan, meski hanya diberi kesempatan hanya satu malam. Dan terbukti, meski semalam, kencan dengan Multistrada bikin klimaks.
Kami memang tidak membawa motor seharga 669 juta rupiah off-the road itu ke jalur sesungguhnya di jalanan luar kota yang jauh. Kami justru mengencani Multistrada di jalanan Ibukota, sambil menikmati kudapan dan sajian kuliner malam lainnya.
Berangkat dari markas kami di bilangan Cipete sekitar pukul 22.30 malam dirasa menjadi waktu yang tepat membawa si bongsor menjelajah jalanan Jakarta. Mode pengendaraan kami set cukup di Urban dari empat mode yang ditawarkan yakni Sport, Touring, Enduro dan Urban. Dengan mode Urban, top speed dibatasi hingga 100hp, kami rasa cukup untuk sekadar dibawa keliling Jakarta. Deretan fitur lain seperti Power Modes, Ducati Safety Pack (cornering ABS + DTC), Ducati Wheelie Control, Cruise control, Ducati Skyhook Suspension (DSS) Evo, Hands-Free, BacKlit handlebar switches, Anti-theft preparation tak disentuh untuk diubah.
Jalanan Antasari yang mulai lengang menjadi areal pas untuk bisa beradaptasi dengan motor bermesin Testrastretta dengan Desmodromic Valiable Timing dua silinder berkonfigurasi L-Twin ini. Tarikannya mulai terasa dari bawah di saat angka 3.500 rpm, wuzzz..Meski sudah dilengkapi Ducati Wheelie Control, rasanya motor ingin terus mengangkat begitu membuka throttle ride-by-wire. Dan dorongan tenaganya juga terasa lebih lembut. Konon, ini yang berubah di Ducati Multistrada baru di mana perpindahan tenaganya leboh smooth ketimbang versi sebelumnya.
Entah karena ‘defalut’ di mode Urban, namun kami rasakan suspensi depan terlalu empuk dan memberikan efek rebound lebih cepat. Mungkin dengan setting kembali Ducati Skyhook Suspension Evo atau Riding Mode yang lain, gejala ini berkurang. Suspensi depan keempukan juga terasa saat menjajal pengereman mendadak ketika tiba-tiba ada motor lain menyeberang. Soal rem, tentu sangat bisa diandalkan.
Tujuan kami ke Senayan City, dimana kerap menjadi ‘tongkrongan’ motoris pengguna moge karena disediakan parkir istimewa di lobby.Sayang, karena kami lihat kosong, akhirnya tujuan diarahkan ke Menteng sekalian mengisi perut kami.
Nasi Uduk Gondangdia menjadi tujuan kami dengan rute Kebayoran Baru ke Senopati lanjut ke Jalan Tendean. Meski radius putar setang terbatas, namun saat melakukan putar balik, Multistrada tetap stabil dan terasa enteng. Lumayan, kami sedikit disediakan trek bergelombang efek dari pembangunan jalan layang. Karena memang dirancang juga untuk menjelajah trek offroad, lubang dan gundukan dihajar tanpa ragu.
Ah, bukan rejeki. Pukul 11.15 saja salah satu kuliner andalan itu tutup. Yang pasti saja, Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih adalah tempat pemuas rasa lapar kami. Sambil lahap menyantap, kami berpikir untuk membawa kemana lagi menjajal perfomanya. Oh iya, trek Monasco seputaran Monas menjadi target kami berikutnya. Meski tak tahu ada multi-calibration 9ME cornering ABS, tapi tidak sedikitpun rasa ragu atau was-was saat menikung melalui Hotel Borobudur hingga saat masuk Jalan Merdeka Barat dari Gambir. Jalanan Thamrin dan Sudirman pun tak lupa kami goresi karena lalu lintas lengang dini hari.
Setelah waktu menunjukan pukul 03.00 pagi, kami pun pulang setelah mengambil beberapa gambar di seputaran Menteng dan Kemang. Ah, ingin rasanya melajukan Ducati Multistrada S ini ke jalanan lebar nan panjang dengan tentu saja bervariasi tikungan sertasedikit tantangan light offroad untuk selanjutnya menginap dalam tenda. Kencan semalam yang mengasyikan. (Arif/nm)