Mengenal Supercharger Kawasaki Ninja H2 dan H2R

Jakarta (naikmotor) Kehadiran Kawasaki Ninja H2 dan H2R saat ini dianggap sepeda motor produksi pertama yang dilengkapi supercharger. Bagaimana cara kerjanya?

Keduanya menyandang mesin 998 cc 4 silinder inline, DOHC, dengan supercharger sentrifugal 2 speed. Maka tak heran jika H2R menghasilkan sekitar 326 tk ketika diuji di Amerika Serikat, sementara H2 dibatasi hingga 210 tk saja, karena untuk penggunaan jalan raya.

Penggunaan komponen induksi paksa, supercharger ataupun turbocharger memang bertujuan menambah daya pada mesin yang ada secara efisien. Induksi paksa udara ke silinder ruang bakar artinya menambah udara lebih banyak, menambah udara berarti memungkinkan penambahan bahan bakar.

Campuran udara dan bahan bakar yang padat di ruang bakar artinya akan memungkinkan ledakan besar dan dihasilkan daya kuda yang lebih besar. Sehingga saat bergerak, sepeda motor tak butuh putaran mesin yang lebih tinggi, atau bukaan gas yang lebih besar, dibandingkan dengan mesin yang sama tanpa supercharger atau turbocharger.

Sebuah supercharger atau turbocharger mampu memampatkan udara intake lebih tinggi daripada tekanan atmosfir. Uniknya, kata turbocharger, ternyata akronim dari turbo-supercharger yang merupakan nama resminya.

Perbedaan keduanya terletak dari sumber energi yang menggerakkannya. Turbocharger digerakkan oleh aliran gas buang yang menggerakkan sebuah turbinnya. Supercharger digerakkan secara mekanis melalui sabuk atau rantai oleh crankshaft mesin.

Pada Kawasaki Ninja H2/2R, bilah-bilah atau impeller pada supercharger digerakkan oleh set gir berupa planetary gear, yang mampu meningkatkan putaran dari step up gear hingga 8,125 kali.

Planetary gear dihubungkan dengan rantai ke step up gear. Sementara tugas step up gear meningkatkan putaran crankshaft mesin menjadi 1,14 kali. Sehingga jika putaran mesin sekitar 14.000 rpm maka putaran impeller supercharger H2 akan menjadi 130.000 rpm. (af/NM)