Jakarta (naikmotor) – Ajang petualangan bermotor luar ruang atau yang kita kenal adventure off-road makin menjamur di tiap daerah. Namun, risiko besar mengancam diri dan juga lingkungan.
Kisah tragis datang dari Kebumen pada akhir pekan lalu, (30/1/2016). Dua offroader dikabarkan meninggal dunia dalam acara adventure offroad yang nyaris mencapai angka 7.000 peserta. Salah satu yang menjadi korban adalah crosser senior Iwan Bigwanto asal Bandung. Dan bukan hanya insiden Kebumen saja, namun penyelenggaraan serupa juga telah beberapa menimbulkan korban.
Apa yang menjadi catatan tentang penyelenggaraan kegiatan semacam ini? “Gengsi antardaerah sekarang semakin tinggi, semakin besar hadiah atau semakin banyak peserta menjadi kebanggaan mereka. Ini sebenarnya yang bisa merusak nilai-nilai olahraganya,”sebut Teddy Wibowo, offroader Jakarta yang kerap melakukan ekspedisi adventure menjelajah Nusantara naik motor.
Bicara wisata memang iya. Bayangkan ribuan orang datang ke sebuah daerah tentu akan mendatangkan pemasukan ekonomi bagi kawasan tersebut. Apalagi yang disambangi adalah desa-desa dan daerah terpencil yang juga bisa menjadi tontotan bagi masyaarakat.
Tapi, kalau sudah di angka ribuan peserta, risiko besar akan mengancam. Meski sudah disediakan tim medis bila ada insiden, namun kalau akses menuju korban sesak dengan peserta,tentu akan sia-sia.
Hal lainnya adalah tentu saja berhubungan dengan alam. Bayangkan sampai 7 ribu peserta menginjak-injak tanah tersebut. Belum lagi pasti akan meninggalkan jejak, entah itu sampah atau kotoran yang berujung pada pencemaran lingkungan. Boleh saja menyalurkan hobi, namun kita juga harus melihat dan peduli dengan alam.
Tujuan utama kegiatan adventure adalah olahraga dan wisata. Karena itu dibutuhkan sikap sportif, respect dan saling menghormati baik antarpeserta maupun dengan masyarakat yang dilewati. Ini yang dimaksud dengan perlu adanya evaluasi penyelenggaraan adventure offroad.
“Ya kalau bicara ideal berapa peserta memang susah. Kalau buat saya adventure dengan 50 orang itu sudah cukup. Tapi, semuanya dikembalikan ke penyelenggara soal kesiapannya mulai dari survey jalur, scrutineering baik motor, gear peserta, jalan evakuasi, medis dan kordinasi dengan masyarakat setempat termasuk aparat lainnya. Yang pasti regulator semacam IMI harus bisa melihat kegiatan ini dan mengaturnya dengan perizinan ketat,” sebut Teddy Wibowo.
Selama ini yang berkecimpung di dunia offroad khususnya roda empat yang merujuk pada kegiatan adventure ada IOF (Indonesia Offroad Federation). Mungkin seharusnya IOF bisa memberikan semacam juklak penyelenggaraan adventure khususnya untuk roda dua. (Arif/nm)