Benny Hidayat, Juara GP Macau 1970: Hormati Pembalap Senior

0
Benny-Hidayat-Juara-GP-Macau-1970_2
Benny Hidayat, Juara balap motor GP Macau 1970 memberikan pesan kepada para pembalap muda untuk selalu menghormati yang senior dan mengapresiasi gerakan amal Ride on United. Foto: Arif

Jakarta (naikmotor)- Bicara perjalanan balap motor di Indonesia, ternyata salah satu masa keemasannya dicetak oleh Benny Hidayat dan Tjetjep Heriyana di ajang GP Macau 1970. Milestone seperti inilah bagian yang ingin diangkat oleh Ulah Adigung Project di ajang Ride on United.

Benny Hidayat, pembalap (70 tahun) masih tampak bugar dan bersemangat mengungkap nostalgia perjalanan karier balapnya di tahun 1962 hingga berhenti di tahun 1978, saat kami temui Rabu (16/12/2015) di kediamannya yang asri di bilangan Cilandak Jakarta Selatan.

Di teras rumah terlihat motor klasik Yamaha L2 Super dan Honda GL yang tengah dibangun. Sementara di dalam, motor kesayangan Benny, yakni TZ125 lansiran 1973 dan BMW R25/2 tahun 1955. Jawara Indonesia GP di bulan Juni 1970 di Sirkuit Bina Ria Ancol ini masih mengingat momen-momen bersejarah selama balapnya.

Sebagai teman dekat Tjetjep Heriyana, karena berada dalam satu tim sejak 1968 sampai 1974, Benny Hidayat tahu betul, karakter pembalap yang akan mendapat sumbangan kursi roda elektrik di acara Ride on United dari Ulah Adigung Project.

“ Tjetjep Heriyana adalah senior saya lima tahun, dia pembalap yang bagus, mengenal teknik dan juga menguasai mesin. Pada waktu balap di bawah tahun 1960, saya suka nonton bagaimana dia balap di Halim. Dia sempat pergi ke Jerman untuk sekolah, namun balik lagi balapan di Indonesia,” kenang Benny yang mengawali balap usia 16 tahun dengan memacu Honda CB72 250cc 1961.

Benny-Hidayat-Juara-GP-Macau-1970_3

Benny Hidayat, Tjejep Heriyana dan Beng Soeswanto adalah salah satu tim terkuat dan kompak pada era 1968 hingga 1970-an awal. “ Gaya balap kita hampir sama, gaya nikung dan sebagainya karena kita satu didikan dalam satu tim. Tim ini kombinasi yang bagus, Tjetjep yang senior kemudian saya dan di bawah usia saya ada Beng. Kita kompak sekali, kalau di Jakarta, mereka mendukung saya, gantian balap di Bandung ya Tjetjep yang di depan sementara Beng kalau di Semarang. Saya angkatan 1961, sementara Beng lalu Abaw itu angkatan 1964,” sebut Benny.

Salah satu hal yang menjadi pegangan Benny dalam melakoni karier balapnya adalah menghormati pembalap senior.” Pengalaman enggak bisa dibeli. Bagaimanapun senior itu punya kelebihan meski mungkin nyalinya kalah sama pembalap muda. Jangan kurang ajar, jangan bertingkah dan Jangan dicurangi, karena mereka itu guru kita dan sudah tahu trik-trik balap seperti apa,” papar Benny.

Pengalaman balapnya bersama Tjetjep Heriyana dan Beng Soeswanto telah melanglangbuana ke berbagai negara mulai GP Singapura, GP Johor, GP Pineng hingga GP Macau. “Itu setelah hubungan dengan Singapura dibuka lagi tahun 1967. Kita hanya konsentrasi di dua kelas yakni 125cc dan 350cc,” tambah pemilik nomor start 90.

“ Ya tentu saja kemenangan di GP Macau tahun 1970 itu sangat berkesan bagi saya. Bagaimana kita fight melawan pembala-pembalap dari Eropa dengan motor ber-cc besar. Kita balapan total 25 lap dengan panjang 8 km. Bayangkan, kita harus menghapal rutenya. Patokan kita dulu belok kanan hotel Lisboa, terus belok kiri ada rumah Teddy yip yang punya kasino Macau, lewat kiri lagi ada kandang anjing…hahaha.. ya memang itu patokannya. Bahaya sekali balapan di Macau, enggak pernah enggak ada yang kecelakaan, tiap tahun ada yang meninggal,” papar Benny yang saat itu memacu Yamaha Yasi 125 twin. Dua posisi di belakang Benny adalah Tjetjep Heriyana.

Yang menjadi dasar mereka dalam teknik balap itu yakni Slow in fast out dan out in out. “Jujur ya, sampai sekarang pun saya masih berpikir, kenapa gue bisa juara ya, kok bisa ninggalin orang jauh amat. Saya kalau sudah di depan terus aja enggak mau nengok kanan kiri, hanya bagaimana mengatur jarak saja sama mereka, ‘sebutnya.

Mengenai Tjetjep yang mengalami kecelakaan di GP Malaysia tahun 1974 hingga membuat kakinya cedera hingga sekarang, menurut Benny memang seharusnya menjadi perhatian pemerintah. “Banyak teman-teman saya yang bekas atlet akhirnya pindah ke negara lain seperti Australia karena tidak diapresiasi pemerintah. Makanya, saya salut dengan yang membuat acara Ride on United ini karena masih peduli dengan veteran-veteran balap yang harusnya jadi perhatian pemerintah. Hanya Allah yang bisa membalas jasa kalian,” sebut Benny menutup pembicaraan.(Arif/nm)

Benny-Hidayat-Juara-GP-Macau-1970_1

LEAVE A REPLY